sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bank Mandiri prediksi pertumbuhan ekonomi stabil di 5,3%

Bank Mandiri memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih stabil tahun ini. Dengan pertumbuhan 5,3% dan suku bunga naik satu kali.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Senin, 21 Jan 2019 15:09 WIB
Bank Mandiri prediksi pertumbuhan ekonomi stabil di 5,3%

Tim ekonomi Bank Mandiri memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih stabil tahun ini. Head of Mandiri Institute Moekti Soejachmoen mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 bisa mencapai 5,3%. 

"Kami tim ekonomi Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3% dengan inflasi sama dengan tahun lalu," kata Moekti di Jakarta, Senin (21/1).

Selain itu, Moekti juga memprediksi Bank Indonesia (BI) akan mengikuti keputusan The Fed dalam mengerek suku bunga acuan 7-Day Repo Rate (7DRR). 

"Maka kami memperkirakan 7DRR akan naik sekali," ujarnya.

Mengubah orientasi ekspor ke manufaktur

Moekti mengatakan kondisi domestik ekonomi Indonesia cenderung stabil di tengah volatilitas perekonomian global. Namun, untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5%, Indonesia harus bisa mengubah orientasi ekspornya dari komoditas menjadi manufaktur. 

Moekti menjelaskan harga komoditas cenderung fluktuatif dan sangat bergantung pada kondisi perekonomian global. "Sementara itu, manufaktur lebih stabil dan biasanya kontrak jangka panjang," ujar Moekti.

Selain itu, Moekti mengatakan, industri manufaktur juga memiliki potensi penyerapan tenaga kerja yang lebih besar.

Sponsored

Perubahan pola impor salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, China, juga menjadi pertimbangan lain yang membuat Indonesia harus lebih fokus dalam mengelola industri manufakturnya.

Mengutip Reuters, tahun ini laju pertumbuhan ekonomi China diperkirakan melambat dari 6,6% tahun lalu menjadi hanya 6% tahun ini. Bahkan pada kuartal IV-2018 ekonomi China hanya bisa tumbuh 6,4% atau terendah dalam 28 tahun belakangan.

"Pertumbuhan China melambat dan impor mereka juga berubah polanya. Sebelumnya, mereka lebih banyak impor bahan baku. Sekarang karena memang mengubah pola ekonomi dari produksi ke komsumsi, maka impor mereka akan lebih banyak ke barang konsumsi," ujar Moekti.

Sektor industri dinilai harus lebih fokus dalam mengelola manufaktur untuk memproduksi barang-barang yang lebih diminati China, yaitu barang konsumsi.

"Itu jangan sampai ketinggalan lagi karena Indonesia beberapa kali ketinggalan dari tren dunia," pungkasnya.

Berita Lainnya
×
tekid