sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bansos sembako, penyelamat bagi peternak ayam

Daging ayam yang masuk dalam daftar bantuan sosial Covid-19 diharapkan turut mengerek harga ayam.

Syah Deva Ammurabi
Syah Deva Ammurabi Kamis, 16 Apr 2020 17:34 WIB
Bansos sembako, penyelamat bagi peternak ayam

Harga daging ayam di konsumen bergerak seperti ayunan. Harga kadang tinggi, ada kalanya rendah. Bergerak seperti roller coaster. Berdasarkan pantauan Alinea.id pada Rabu (15/4), harga daging ayam ras di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan berkisar antara Rp30.000/ekor - Rp35.000/ekor, tergantung ukuran ayam. 

Pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap penjualan daging ayam karena permintaan menurun. Seorang pedagang, Sri Lestari (56), mengaku penjualannya menurun 25% saat pandemi. “Sekarang (hanya bisa jual) 15 ekor per hari. Tutup (jualan) siang. Biasa jam tiga, sekarang jam satu,” ungkap Sri Lestari ketika ditemui di lapaknya.

Pagi itu lapak Sri memang sepi pembeli. Sebagian pelanggan Sri membeli dengan mendatangi langsung lapak, sebagian lainnya memesan melalui jasa transportasi daring (online). Sri mendapatkan pasokan ayam dari Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, seharga Rp30.000/ekor. Dia mengutip Rp5.000 per ekor kala menjual ke pelanggannya.

Pedagang ayam kampung di pasar yang sama, Marwani (40), mengaku harga ayam yang dia dijual masih normal. Berkisar antara Rp40.000/ekor – Rp100.000/ekor, sesuai ukuran ayam. Ia mendapatkan ayam dari Bekasi, Jawa Barat. “Biasanya agak siang ngirimnya. Sekarang (karena Covid-19 dikirim) pagi-pagi. Masalah harga, biasa aja," tutur Marwani.

Lain lagi cerita pedagang keliling, Heri (41). Menurut Heri, harga ayam broiler sebenarnya sudah turun. Namun, para pedagang tak kunjung menurunkan harga. Pedagang menyiasati dengan memberi ayam dengan ukuran berbeda. “Kita beli, misalnya Rp38.000/ekor, dikasih ayam lebih gede,” ujar Heri kepada Alinea.id, Selasa (14/4). 

Heri berjualan keliling sejak pukul enam pagi di sekitar Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ia mendapat pasokan ayam dari Pasar Kebayoran Lama. Dia menjual daging ayam ras segar Rp40.000/ekor dan ayam kampung segar Rp60.000/ekor.

Lain di konsumen, lain pula di produsen atau peternak. Harga ayam di peternak sudah terjun bebas. Terhitung sejak Agustus 2018. Hanya sesekali harga ayam berada di atas harga acuan. Yang terjadi sampai saat ini harga jatuh di bawah acuan.

Harga ayam diatur dalam Permendag Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen. Harga batas bawah dan batas atas pembelian daging ayam ras di peternak masing-masing sebesar Rp19.000/kilogram (kg) dan Rp21.000/kg. Sedangkan harga penjualan di konsumen Rp35.000/kg. 

Sponsored

Faktanya, harga di tingkat peternak jatuh, amat jauh dari harga acuan. Data Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), Selasa (14/4), harga ayam broiler hidup (livebird) di peternak yang sesuai acuan hanya di Pulau Belitung, yakni Rp19.000/kg – Rp20.000/kg. 

Peternak membagikan ayam pedaging secara gratis kepada warga di Desa Badal, Kediri, Jawa Timur, Kamis (16/4/2020). Aksi simpatik tersebut dipicu meruginya peternak karena harga jual ayam merosot dari normalnya Rp19 ribu menjadi hanya Rp8 ribu per kilogram akibat pandemi COVID-19 dan diperparah dengan naiknya harga pakan dari sebelumnya Rp6.500 menjadi Rp7.000 per kilogram seiring melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Foto Antara/Prasetia Fauzani/nz.

Sementara harga ayam di Pulau Jawa berkisar Rp8.000/kg – Rp10.000/kg. Ketua Umum Pinsar Singgih Januratmoko menjelaskan, harga jatuh karena ada kelebihan pasokan. Harga tertekan dalam karena perusahaan integrator juga memasarkan ayamnya ke pasar tradisional. Peternak dan perusahaan integrator menyerbu lapak yang sama.

Untuk memperbaiki ini, harus ada perubahan tata niaga ayam antara peternak mandiri dan perusahaan integrator. Salah satunya, memisahkan pasar antara peternak mandiri dengan perusahaan integrator. Pasar tradisional diisi peternak mandiri. “Tata niaga harus diperbaiki. Jadi harus diatur dari hulu ke hilir,” tulis Singgih dalam pesan singkat, Selasa (14/4).

Untuk memperbaiki harga, dia juga menyarankan ada pengurangan populasi bibit ayam sehari (day old chick/DOC) di hulu dan penyerapan ayam peternak di tingkat hilir. “Ini butuh pertolongan cepat. Hari ini harga Rp8.000 - Rp9.000 (per kilogram) di farm. Sekarang peternak sudah mengurangi masuk DOC dan ada yang tidak ternak lagi,” tegasnya.

Peternak terus menderita kerugian. Menurut Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional Sugeng Wahyudi, peternak merugi karena harga di pasar jual mereka dari biaya pokok produksi: Rp17.500/kg – Rp18.000/kg.

Cerita peternak mandiri gulung tikar terus berulang dan terjadi di banyak daerah. Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kata Sugeng, sekitar 5-7 peternak ayam broiler menutup usaha. “Sekarang enggak tahan untuk nambah biaya produksi," kata Sugeng melalui sambungan telepon, Selasa (14/4).

Sugeng mendesak pemerintah memperbaiki data perunggasan sebagai acuan menentukan sisi penawaran dan permintaan. Dia menjelaskan, fakta di lapangan data yang dipakai sebagai acuan selama ini tidak valid. Ini ditunjukkan oleh adanya ayam hidup yang yang melebihi pasokan. "Harus cermat menghitung supply and demand,” ujarnya.

Permintaan turun jadi biang keladi

Selain kelebihan pasokan, Sugeng Wahyudi mengakui, harga ayam hidup jatuh karena permintaan menurun akibat pandemi Covid-19. Kementerian Pertanian (Kementan), kata dia, sempat melarang perusahaan integrator menjual ayam hidup pada 6-12 April 2020. “Yang jualan peternak kecil-kecil, sehingga harga bisa naik ke Rp15.000. Tapi, sekarang enggak lagi,” keluhnya.

Penjelasan berbeda disampaikan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Suhanto. Menurut Suhanto, harga ayam hidup di tingkat peternak turun bersamaan dengan menurunnya harga daging ayam di konsumen. 

Berdasarkan laporan yang diterimanya dari dinas provinsi di seluruh Indonesia pada Rabu (15/4), terjadi penurunan harga daging ayam ras di tingkat eceran. Harga turun 13,54% dibanding sebulan lalu, dari Rp32.500/kg menjadi Rp28.100/kg.

“Menurut pelaku usaha perunggasan, pandemi Covid-19 ini memperburuk iklim perunggasan yang menurunkan permintaan masyarakat, mencapai 50%. Termasuk juga penurunan penjualan anggota Arphuin (Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia) ke horeka (hotel, restoran, dan katering) yang mencapai sekitar 80%,” papar Suhanto kepada Alinea.id, Rabu (15/4).

Imbasnya, cold storage di RPHU (Rumah potong hewan unggas) jadi terisi penuh dan produksi peternak menumpuk karena tidak terserap maksimal oleh pasar.

Suhanto menjelaskan, disparitas harga produsen dan konsumen terjadi juga karena ada susut atau konversi berat dari ayam hidup ke karkas selama proses distribusi, pemotongan, dan sebagainya.

“Selain itu, walaupun harga karkas daging ayam ras murah, belum tentu dapat terjual cepat karena permintaan di konsumen dalam kondisi normal, cenderung tetap, sehingga ada biaya tambahan untuk penyimpanan di cold storage,” ungkapnya.

Untuk mengerem penurunan harga ayam hidup, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menempuh empat langkah. Pertama, mendorong perusahaan mitra/integrator membeli ayam hidup peternak kecil/mandiri sesuai Permendag 7 Tahun 2020. Kedua, memfasilitasi penyewaan cold storage yang diperlukan perusahaan mitra/integrator untuk menyimpan karkas ayam dari peternak dan memfasilitasi distribusi ke konsumen atau pasar melalui trasportasi daring.

Ketiga, mendorong ayam hidup yang telah dibeli dari peternak menjadi produk olahan ayam. Keempat, memberi penghargaan dan hukuman kepada perusahaan mitra/integrator yang melaksanakannya.

“Selain itu, Kementan menyiapkan grand strategy pembinaan ekonomi peternak ayam mandiri baik jangka menengah dan panjang agar kejadian serupa tidak terulang kembali,” jelas Syahrul dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Kamis (16/4).

Menurut catatan Kementan, neraca daging ayam ras mengalami surplus sebesar 204.632 ton selama Maret-Mei 2020. Surplus berasal dari stok Februari sebesar 96.640 ton, produksi Maret-Mei sebesar 987.196 ton, dan kebutuhan sebesar 881.204 ton.

Perbanyak karkas beku

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan I Ketut Diarmita menjelaskan, pihaknya juga mendorong perusahaan integrator untuk merealokasi dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Rencananya, dana ini disalurkan kepada petugas medis dan masyarakat di wilayah terdampak pandemi Covid-19 dalam bentuk karkas beku. 

Pihaknya juga meminta perusahaan integrator mengoptimalkan pemotongan di RPHU dengan cara menambah waktu operasional pemotongan menjadi 15 jam per hari dan menyimpan karkas beku di cold storage

"Ini penting dilakukan sebagai upaya mengurangi peredaran livebird di pasar becek, sehingga stabilisasi harga livebird dapat tercapai," ujar Ketut dalam keterangan resmi, Sabtu (4/4).

Langkah lainnya, Ketut menerbitkan Surat Edaran Dirjen PKH No. 2669 Tahun 2020 tentang Pengurangan (cutting) Hatching Egg (HE) umur 19 hari pada bulan Maret sebanyak 17,5 juta butir kepada seluruh perusahaan pembibit. 

"Realisasinya mencapai 22,8 juta butir atau 130,3% melebihi target. Ini secara langsung mengurangi produksi DOC FS sebanyak 21,6 juta ekor setara dengan daging ayam broiler pada bulan April sebanyak 23.800 ton,” jelasnya.

Juga mengeluarkan Surat Edaran Dirjen PKH No. 2106 Tahun 2020 yang mewajibkan pemotongan (afkir) ayam indukan (parent stock/PS) umur lebih 60 minggu oleh perusahaan pembibitan pada Maret 2020. Per Sabtu (4/4), baru 8 dari 27 perusahaan yang merealisasikan afkir PS dengan total mencapai 1,02 juta ekor PS betina dan 88.400 ekor PS jantan.  

Sayangnya, berbagai upaya tersebut belum menolong peternak. Harga ayam masih berada di bawah acuan. Nasib peternak kini berada di tebing jurang pasca-pencabutan larangan penjualan oleh perusahaan integrator pada 6-12 April lalu.

Wacana penyerapan ayam oleh BUMN

Untuk menolong peternak, pekan lalu, dalam kesimpulan rapat dengar pendapat Komisi IV DPR RI dengan Perum Bulog, DPR mengusulkan agar pemerintah memberi penugasan kepada Bulog untuk menyerap ayam hidup dari peternak. 

"Komisi IV DPR RI meminta pemerintah merealokasi anggaran impor daging kerbau yang mengalami penundaan dikarenakan pandemi Covid-19 dengan melakukan penyerapan daging ayam lokal," tutur Ketua Komisi IV DPR RI Sudin, Kamis (9/4).

Pada rapat kerja dengan jajaran Kementan, Kamis (16/4), Sudin menambahkan, pemerintah telah menugaskan dua BUMN, PT Berdikari (Persero) dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), untuk membeli ayam hidup peternak. Itu hasil keputusan rapat koordinasi terbatas (rakortas).

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyanggupi usulan tersebut asalkan BUMN yang dia pimpin mengantongi penugasan dari pemerintah melalui rakortas di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Dia menyebut, Bulog telah bekerjasama dengan BUMN peternakan, PT Berdikari (Persero), untuk menyerap ayam peternak.

“Kami menyerap terbatas karena kami tidak punya cold storage dan rumah pemotongan ayam. Jejaring pasar kami untuk daging ayam sangat terbatas, sehingga kami harus kerjasama dengan perusahaan swasta dan komunitas lain,” ungkap Budi Waseso saat raker dengan DPR pekan lalu. 

Sementara itu, Direktur Bidang Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengaku pihaknya belum mendapat penugasan untuk menyerap ayam hidup maupun daging ayam dari para peternak. Meskipun demikian, wacana itu sudah dibahas dalam rapat koordinasi yang melibatkan kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan lainnya

“Karena kompetensi yang menangani peternakan itu Berdikari, jadinya diputuskan Berdikari yang akan ditugaskan menyerap livebird itu. Kita fokus pada penyerapan gabah dan beras panen,” terang Tri melalui sambungan telepon, Selasa (14/4).

Dia mengaku masih belum mendapat penugasan dari Kementerian Sosial untuk memasok sembako program Kartu Sembako. “Program BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) itu free market. Siapapun bisa jadi penyuplai. Meskipun tidak ada penugasan, beberapa daerah masih bekerjasama dengan Bulog. Kami tetap bekerjasama dengan dinas sosial di daerah,” terangnya. 

Pihaknya menargetkan dapat memasok sembako kepada 50% keluarga penerima manfaat kartu sembako di tiap daerah. 

Sementara itu, Singgih Januratmoko mengungkapkan, pemerintah telah memutuskan untuk menyerap 12 juta ekor ayam hidup melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Namun, ia enggan menyebut nama BUMN tersebut.

“Ini bisa menaikkan harga karena stok di kandang sekarang sangat banyak. Sesuai Permendag Nomor 7 Tahun 2020, jika terjadi oversupply ditugaskan BUMN untuk menyerapnya,” jelas Singgih yang juga anggota Komisi VI DPR itu.

Sugeng Wahyudi juga mendengar wacana tersebut. Namun, angkanya berbeda. “Ada memang rencana pemerintah membeli 600 ribu ayam milik peternak rakyat tetapi sampai sekarang belum terealisir,” ungkapnya. 

Jumlah tersebut setara 960 ton daging ayam. Rencananya, ayam diserap selama pandemi Covid-19 oleh BUMN pangan. Meskipun belum mencukupi, kata Sugeng, penyerapan itu akan mempengaruhi psikologi pasar dan dapat mendongkrak harga. 

Di level Kemenko Perekonomian, rupanya rencanya ini baru wacana. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengungkapkan, kebijakan tersebut masih dibahas. “Belum tahu (perusahaan BUMN yang ditugaskan), penugasan dari Kementerian BUMN,” ucap Musdhalifah melalui pesan singkat, Selasa (14/4).

Ini diamini Direktur Utama PT Berdikari (Persero) Harry Warganegara. Harry mengaku belum mendapat penugasan menyerap ayam hidup untuk memasok kebutuhan kartu sembako. Meskipun demikian, pihaknya berencana menyerap ayam hidup peternak. 

“Dengan modal yang dimiliki sendiri PT Berdikari (Persero), kami berencana menyerap sekitar 600 ton ayam hidup dari peternak mandiri dalam rangka penyediaan stok pangan daging ayam,” jelas Harry kepada Alinea.id, Selasa (14/4). Dengan asumsi rata-rata bobot ayam broiler sebesar 1,6 kg/ekor, jumlah tersebut setara dengan 375.000 ekor ayam. 

Bansos jadi solusi 

Sugeng Wahyudi mengaku belum pernah mendengar ada penyerapan ayam peternak mandiri oleh pemerintah dalam program bansos terdahulu. Jika ada langkah itu, dia menduga, produk ayam yang diserap berasal dari perusahaan integrator. “Kita baru sebatas mendengar rencana akan ada komoditas daging ayam di samping telur yang akan ikut program itu,” katanya.

Menurutnya, penyerapan ayam peternak melalui bansos secara tidak langsung akan menaikkan harga. Lantaran ada permintaan baru terhadap ayam hidup peternak. Ia mendorong agar langkah itu segera dilakukan. “Kalau pemerintah tidak ikut campur masalah peternakan rakyat, sebagian besar gulung tikar karena sudah tidak sanggup (berusaha lagi),” tegasnya.

Sederet bansos sudah disiapkan pemerintah bagi masyarakat yang terdampak Covid-19. Salah satunya kartu sembako dalam bentuk Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Direktur Jenderal Penanggulangan Fakir Miskin Kemensos Asep Sasa Purnama menjelaskan, nilai bantuan sembako untuk 15,2 juta kelompok penerima manfaat atau KPM dinaikan dari Rp150.000 per keluarga per bulan menjadi Rp200.000. Ini berlangsung mulai Maret hingga Desember 2020. 

Juga ada perluasan sasaran untuk 4,8 juta KPM. Mereka diberikan bansos Rp200.000 per keluarga per bulan, dari April – Desember 2020. Sasa berharap, program ini dapat mempertahankan daya beli warga miskin dan rentan miskin yang terdampak pandemi Covid-19.

Mekanisme pembagian dan penyediaan sembako bansos ditangani agen Himbara bersama mitra kerjanya. Sembako yang disediakan mencakup karbohidrat, protein, dan vitamin. Dia enggan mengungkapkan pihak-pihak yang terlibat dalam memasok sembako. "Secara umum berjalan lancar,” tutur Sasa melalui pesan singkat, Sabtu (11/4). 

Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Rahayu Puspasari, pemerintah sudah mencairkan Rp14 triliun dari total Rp43,6 triliun anggaran program kartu sembako hingga 15 April 2020.

“Ini mencakup hingga periode penyaluran Mei 2020. Data ini juga termasuk peluasan target KPM pada masa darurat Covid-19,” terang Rahayu dalam siaran pers, Rabu (15/4).

Sementara itu, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah berpendapat, harga ayam hidup di tingkat peternak jatuh karena permintaan menurun.

“Kita lihat warung di jalan banyak yang tutup. Pada Januari, orang sudah banyak menyetok barang, ternyata ada Covid-19 permintaan menurun, sehingga terjadi excess supply,” ungkapnya kepada Alinea.id, Selasa (15/4).

Dia mengapresiasi rencana penugasan BUMN untuk menyerap ayam para peternak. Rusli menilai, kebijakan tersebut dapat mengisi kekosongan permintaan dari rumah tangga dan pelaku usaha. “Itu bisa meningkatkan harga ayam dan menghindari kerugian lebih besar (bagi peternak),” ujarnya.

Agar daging ayam yang dipotong dan dikemas dari ayam hidup peternak bisa diserap secara maksimal, Rusli menyarankan pemerintah membagikan sembako dalam bentuk barang kepada para KPM. Penyaluran bansos melalui transfer tunai tidak efektif dilakukan ketika pandemi. “Jangan dikasih ke konsumen uang cash. Nanti mereka enggak membeli ayam,” pungkasnya.

Harga daging ayam anjlok di tingkat peternak karena oversuplly dan menurunnya permintaan di saat pandemi. Alinea.id/Dwi Setiawan.
 

Berita Lainnya
×
tekid