sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bantuan Rp2,4 juta, seperti dapat air di tengah padang pasir

Usaha kerajinan tangan Suwanti terpaksa terhenti sejak coronavirus masuk Indonesia.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Senin, 09 Nov 2020 13:46 WIB
Bantuan Rp2,4 juta, seperti dapat air di tengah padang pasir

Suwanti terpaksa memutar otak agar lima karyawannya dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19. Pasalnya, usaha kerajinan tangan yang dijalankannya terhenti sejak coronavirus yang menjangkiti tubuh manusia masuk ke Indonesia pada Maret lalu.

Sama sekali tak dapat menjalankan produksi selama pandemi karena turunnya permintaan, Suwanti beralih ke usaha makanan. Dengan niat mencukupi kebutuhan karyawan, dirinya nekat beralih jenis usaha dengan menjual makanan olahan dari burung puyuh, telur puyuh, bebek dan ayam.

"Waktu bulan puasa itu saya buat terobosan ciptakan masakan ungkep dari burung puyuh, telur puyuh, bebek dan ayam. Terobosan itu untuk menyiasati situasi produksi kerajinan yang berhenti," katanya dalam diskusi Forum Merdeka Barat (FMB), Senin (9/11).

Dia menjelaskan, pasar utama usaha kerajinan tangannya adalah untuk pesta pernikahan, pesta ulang tahun, dan sunatan. Namun, sejak diterapkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada April lalu, permintaan hasil produksinya terjun bebas.

Hal itu dikarenakan kegiatan yang melibatkan banyak orang atau yang menimbulkan keramaian dilarang pemerintah, untuk mencegah penularan Covid-19.

Sebagai pebisnis yang bergantung kepada kantong-kantong keramaian seperti itu, dia kebingungan. Produksi terhenti. Kas terkuras. Sementara kewajiban untuk menggaji karyawan harus ditunaikan.

Di saat situasi seperti itulah dirinya mendapat kabar tentang bantuan pemerintah kepada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar Rp2,4 juta, yang akhirnya digunakannya untuk membuka usaha makanan.

"Ada bantuan Rp2,4 juta itu. Saya mendapatkan itu seperti mendapat air di tengah padang pasir. Karena perajin kami memang betul-betul tidak produksi selama pandemi," ujarnya.

Sponsored

Sejak saat itu, akunya, usaha barunya mulai berkembang dan dapat mempekerjakan kembali karyawannya. Dia pun masih optimistis situasi akan normal kembali dan usaha kerajinan tangan yang telah digelutinya sejak 2016 dapat bangkit kembali.

"Saat pandemi, kami beralih ke frozen (makanan beku) lalu dipasarkan ke grup dan komunitas kami. Alhamdulillah lah pas lebaran kemarin kami bisa masak daging (berlebaran)," ucapnya.

Tak hanya itu, dia pun mengaku mengakses pinjaman kredit ultra mikro (UMi) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar Rp10 juta dengan jangka waktu pinjaman selama 1,5 tahun dan angsuran per bulan sebesar Rp700.000.

Dana tersebut pun dia gunakan untuk mengembangkan usaha kerajinan tangannya, yaitu membeli mesin cat.

"Saya juga ambil pinjaman murah dari BRI, buat beli alat cat. Selama ini kan manual. Saya yakinkan karyawan untuk produksi lagi karena situasi mulai membaik," ujarnya.

Tak hanya Suwanti, Iis Suwinar juga mengaku terbantu dengan bantuan UMKM sebesar Rp2,4 juta yang diberikan oleh pemerintah. Penjual gado-gado ini dapat memperbesar dagangannya dengan menambah dagangan gorengan dan menambah meja dan kursi bagi pelanggan.

"Setelah ada bantuan UMKM itu, saya semakin bersyukur, saya bisa memperlebar tempat dan meja, memperbesar dagangan, dan bisa menambah gorengan," ujarnya.

Dia pun mengaku dengan perluasan skala usahanya, dagangan sayur ibunya yang selama ini tidak pernah habis, dapat dimanfaatkannya untuk menjual gorengan dan gado-gado.

"Alhamdulillah, senang banget. Dengan Rp2,4 juta, saya bisa mengembangkan usaha. Buat beli minyak dan gula. Kan gado-gado ada pakai gila. Lumayan juga gulanya. Dan bisa memanfaatkan sayur yang ibu saya jual, tidak terbuang sia-sia," ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid