BEI catat 418 emiten belum laporkan kinerja 2018
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat per Jumat (29/3), masih ada 418 emiten yang belum melaporkan kinerja keuangan tahun buku 2018.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat per Jumat (29/3), masih ada 418 emiten yang belum melaporkan kinerja keuangan tahun buku 2018.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia mengatakan baru 140 emiten yang telah melaporkan kinerja keuangan periode 2018. Jumlah tersebut merupakan 25% dari total 558 emiten saham yang tercatat di pasar modal.
"Dari total 140 emiten tercatat laba bersih bertambah sebesar 8% atau setara dengan Rp19 triliun. Total laba naik dari Rp230 triliun menjadi Rp248 triliun," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (29/3).
Nyoman menyebut, para emiten masih memiliki waktu hingga dua hari ke depan untuk merilis laporan keuangan periode 2018 atau 31 Maret 2019.
Artinya, bagi emiten yang terlambat memberikan laporan keungan akan mendapat sanksi dari pihak bursa. Sanksi tersebut biasanya berupa peringatan tertulis, pemberian "tato" atas keterlambatan memberikan laporan keungan, denda, bahkan pemberhentian aktivitas perdagangan sementara (suspensi).
Lebih lanjut, kata Nyoman, dari segi pendapatan, BEI mencatat pertumbuhan sebesar 12% atau bertambah Rp123 triliun pada 2018 menjadi Rp1.965 triliun dari Rp1.725 triliun pada 2017.
Adapun dari sisi aset terjadi kenaikan 9% atau bertambah Rp624 triliun. Pada 2017 tercatat hanya Rp6.793 triliun sedangkan pada 2018 naik menjadi Rp7.416 triliun.
Sementara itu, dari sisi ekuitas, ada pertumbuhan sebesar 8% atau sebesar Rp152 triliun. Pada 2018 ekuitas menjadi Rp1.974 triliun dari Rp1.821 triliun pada 2017.
"Lebih detailnya kalau dilihat dari sisi sektoral, sektor pertambangan mengalami pertumbuhan paling tinggi mencapai 23% dan disusul oleh sektor perdagangan, jasa, dan investasi yang naik 17%," kata Nyoman.
Sektor yang mengalami penurunan laba bersih antara lain di sektor agribisnis dengan penurunan kinerja sebesar 61%, sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi turun 33% dan industri dasar juga ikut turun sebesar 8%.
Di sisi lain, sektor aneka industri, konsumer (consumer goods), keuangan dan properti, real estate dan konstruksi bangunan mencatat pertumbuhan stabil.