sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

BI pangkas suku bunga acuan 25 bps keempat kalinya

Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan menjadi 5%. Ini kali keempat BI menurunkan suku bunganya.

Laila Ramdhini
Laila Ramdhini Kamis, 24 Okt 2019 15:24 WIB
BI pangkas suku bunga acuan 25 bps keempat kalinya

Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,75%. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan kebijakan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil investasi keuangan domestik yang tetap menarik, serta sebagai langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat.

"Kebijakan ini didukung strategi operasi moneter yang terus diperkuat untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif. Kebijakan makroprudensial tetap akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian," kata Perry saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (24/10). 

Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan juga terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi domestik dan global dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal serta turut mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.

Koordinasi Bank Indonesia dengan pemerintah dan otoritas terkait terus diperkuat guna mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA).

Perry juga mengungkapkan keputusan penurunan suku bunga ini berdasarkan berbagai pertimbangan.

Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia makin lambat, meskipun ketidakpastian pasar keuangan sedikit mereda pascakesepakatan dagang AS dan Tiongkok Oktober 2019.

Kedua, perekonomian dunia yang belum kondusif memengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik.

Sponsored

Ketiga, Neraca Pembayaran Indonesia triwulan III 2019 diprakirakan membaik sehingga menopang ketahanan eksternal. Arus masuk investasi portofolio pada triwulan III 2019 tercatat US$4,8 miliar.

Posisi cadangan devisa Indonesia tetap kuat, yang pada akhir September 2019 tercatat US$124,3 miliar, setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sebesar 3 bulan impor.

Keempat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang tetap baik. Pada Oktober 2019, rupiah mencatat apresiasi 1,18% secara point to point dibandingkan dengan level akhir September 2019.

Kelima, inflasi tetap terkendali pada level yang rendah dan stabil. Secara tahunan, inflasi September 2019 tercatat 3,39% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Agustus 2019 sebesar 3,49% (yoy). 

Keenam, transmisi pelonggaran kebijakan moneter terus berlanjut didukung kecukupan likuiditas perbankan yang memadai serta pasar uang yang stabil dan efisien.

Ketujuh, kelancaran Sistem Pembayaran tetap terjaga baik tunai maupun nontunai. Pertumbuhan Uang Tunai Yang Diedarkan (UYD) September 2019 tercatat 4,57% (yoy), sementara transaksi pembayaran nontunai menggunakan ATM-Debit, Kartu Kredit, dan Uang Elektronik (UE) posisi Agustus 2019 tumbuh 5,71%.

Berita Lainnya
×
tekid