DBS: Bisnis di Indonesia peringkat 3 siap secara digital se-Asia Tenggara
Survei ini juga memperlihatkan bahwa dalam hal kesiapan digital, sekitar 26% perusahaan di Indonesia sudah memiliki strategi yang jelas.
Bank dipandang sebagai mitra digitalisasi paling disukai di APAC
Bank tetap menjadi mitra yang paling strategis bagi bisnis di APAC untuk tetap mengikuti inovasi fintech dan mengidentifikasi solusi tepat, dengan tujuh dari sepuluh bisnis menyatakan pilihan tersebut, sama seperti hasil survei tahun lalu (69%).
Hal ini lazim, khususnya di Vietnam (90%), Indonesia (84%), Thailand (82%), Malaysia (80%), dan Korea Selatan (76%). Di mana mereka cenderung lebih bergantung pada mitra perbankan dalam mendapatkan arahan strategis (strategic guidance) untuk bisnis mereka. Di Inggris, tingkat preferensi untuk menerima arahan dari bank (bank guidance) sebesar 69%, serupa dengan APAC sebesar 70%.
Di sisi lain, bank justru kurang diminati di AS (47%) karena bisnis lebih memilih terlibat dengan perusahaan fintech secara langsung (89%). Kecenderungan itu juga secara umum terjadi di negara maju APAC, seperti, Singapura (80%), Hongkong (89%), dan Tiongkok (69%), di mana bisnis secara reguler lebih memilih berhubungan dengan fintech.
Arah digital ke depan
Penggunaan Application Programming Interface (API) dan solusi cloud perusahaan dalam bank connectivity diharapkan semakin disukai di antara bisnis skala besar dan kecil di seluruh kawasan. API tetap menjadi cara paling populer untuk konektivitas bank dengan hampir setengah dari bisnis APAC (48%) menggunakannya dalam kegiatan operasional mereka jika dibandingkan dengan solusi berbasis cloud (31%).
Akan tetapi, pergeseran ke solusi berbasis cloud ini diperkirakan akan terjadi dalam tiga tahun ke depan karena solusi ini terbukti menjadi tool yang berguna bagi bisnis dalam memindahkan data tanpa hambatan.
Enam dari sepuluh bisnis (59%) di APAC ingin menerapkan solusi berbasis cloud dalam tiga tahun ke depan-jika dibandingkan dengan di AS (5-%) dan di Inggris (68%)-dengan hampir tiga dari sepuluh bisnis (29%) mencanangkan penerapan prasarana cloud dalam 12 bulan ke depan.
“Pandemi Covid-19 adalah krisis yang dihadapi oleh generasi saat ini dan membawa berbagai negara dan juga bisnis menata ulang operasional bisnis mereka. Hal tersebut memaksa banyak orang memikirkan kembali strategi untuk memastikan keberlanjutan mereka. Namun, setiap krisis juga memiliki sisi positif dan tidak ada waktu lebih tepat bagi pemimpin perusahaan untuk menghadapi situasi sulit ini secara langsung dan memeriksa ulang rencana bisnis mereka secepat-cepatnya untuk beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah guna membangun bisnis mereka menjadi lebih baik dan kuat,” kata Tan Su Shan.