sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

BPS siap gelar sensus pertanian 2023, apa saja yang disurvei?

BPS menggandeng FAO dalam melaksanakan sensus pertanian pada tahun depan.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Selasa, 29 Nov 2022 13:30 WIB
BPS siap gelar sensus pertanian 2023, apa saja yang disurvei?

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) dimandatkan melakukan sensus setiap 10 tahun sekali, termasuk sensus pertanian.

Oleh sebab itu, BPS berencana melaksanakan sensu pertanian pada tahun depan (ST 2023). Ini akan menjadi kegiatan yang ketujuh.

ST 2023 bertujuan menyediakan data struktur pertanian, terutama unit-unit administrasi terkecil. Kemudian, menyajikan data yang dapat digunakan sebagai tolok ukur statistik pertanian saat ini dan kerangka sampel guna survei pertanian lanjutan.

"ST2023, insyaallah, persiapannya telah kita lakukan sejak tahun 2019. Dan kita juga telah melakukan sensus pertanian 2023 di bulan Juni dan Juli untuk pendataan direktori perusahaan pertanian," ucap Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, dalam acara "Kick Off Publisitas Sensus Pertanian 2023", Selasa (29/11).

Direktori perusahaan pertanian yang telah didata, kata Habibullah, nantinya akan dipublikasikan. Lalu, menjadi dasar ST 2023.

Mengutip laman BPS, kegiatan pertanian yang akan disensus mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Dari kegiatan tersebut, bakal diperoleh data pokok pertanian nasional, data petani gurem atau petani yang memiliki atau menyewa lahan pertanian kurang dari 0,5 ha, data indikator Sustainable Development Goals (SDGs) Pertanian, data petani skala kecil (small scale food producer) sesuai standar Food and Agriculture Organization (FAO), serta data geospasial.

Habibullah melanjutkan, sistem pangan dan pertanian saat ini, baik di Indonesia maupun global, terdampak sejumlah tren yang mengancam masa depan pangan dan pertanian yang berkelanjutan.

"Kondisi yang dihadapi pertanian saat ini ada tekanan permintaan dan perubahan pilihan diet masyarakat, produksi pertanian terbatas, dan perubahan iklim," tambahnya.

Sponsored

Dari kondisi tersebut, menurut Habibullah, BPS membutuhkan transformasi sistem pangan dan pertanian global dengan memperhatikan komponen produksi primer, distribusi pangan, dan konsumsi rumah tangga.

"Data ini yang setiap saat akan di-update BPS dengan metode-metode terbaru. Ini perlu komitmen dan dukungan dari semua negara, termasuk Indonesia. Kita juga bekerja sama dengan internasional, yaitu FAO dalam technical supporting, terutama ketika perancangan kuesioner dan collecting data," tandasnya. 

Berita Lainnya
×
tekid