sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bukalapak belum berencana IPO pada 2020

Kendati begitu, perusahaan rintisan ini tak menutup opsi melantai di bursa.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Jumat, 31 Jan 2020 06:28 WIB
Bukalapak belum berencana IPO pada 2020

Salah satu perusahaan rintisan (startup) berupa lokapasar dalam jaringan (online marketplace) Tanah Air, PT Bukalapak.com, mengisyaratkan, takkan melantai di bursa pada 2020. Sebab, takada perencanaan yang dilakukan dalam setahun terakhir.

"Belum ada rencana. Karena IPO (initial public service) sendiri, butuh 6-12 bulan menyiapkannya," kata Co-Founder dan Presiden Bukalapak, Muhammad Fajrin Rasyid, di Jakarta, Kamis (30/1).

Kendati begitu, dia mengaku, perusahaan teknologi yang dirintisnya tak menutup opsi melakukan IPO. Bisa saja wacana terlontar pada pengujung tahun.

"IPO masuk dalam pertimbangan kami. Kami punya opsi A, B, C. Dan IPO, masuk dalam opsi ini. Artinya, kita bisa memilih," tuturnya.

Fajrin menerangkan, Bukalapak fokus meningkatkan ekosistem pada 2020. Baik secara daring maupun luar jaringan (luring). Keduanya bakal diberdayakan. Agar saling terhubung.

Dengan integrasi, pengguna diklaim bisa membeli barang secara daring dan pembayaran via luring. Pun sebaliknya.

"Tantangannya kalau kita bicara e-commerce, penetrasinya masih kecil. Hanya 5% dari pasar. Masih lebih banyak orang yang belum berbelanja online," ujarnya.

Merujuk data Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak delapan perusahaan rintisan sudah IPO pada 2017-2019. Perinciannya: Kioson (PT Kioson Komersial Indonesia Tbk.), Mcash (PT M Cash Integrasi Tbk.), NFC Indonesia (PT NFC Indonesia Tbk.), Passpod (PT Yeloo Integra Datanet Tbk.), DIVA (PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk.), HDI (PT Hensel Davest Indonesia Tbk.), Telefast (PT Telefast Indonesia Tbk.), dan Digital Mediatama Maxima (PT Digital Mediatama Maxima Tbk.).

Sponsored
Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid