sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

CAD hingga akhir tahun diperkirakan capai 3%

Hal ini didukung pembiayaan yang datang dari penerimaan modal asing (PMA) dan masuknya investasi portofolio

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Jumat, 11 Okt 2019 16:08 WIB
CAD hingga akhir tahun diperkirakan capai 3%

Defisit neraca transaksi berjalan/current account deficit (CAD) Indonesia pada triwulan III berada di kisaran 2,5% hingga 3% dari produk domestik bruto (PDB). Hal ini didukung pembiayaan yang datang dari penerimaan modal asing (PMA) dan masuknya investasi portofolio, khususnya ke surat berharga negara (SBN).

"Secara keseluruhan perhitungan awal kami di triwulan III sampai akhir tahun, masih di 2,5% sampai 3%. Masih konsisten dengan asesment kita, bahwa stabilitas eksternal masih terjaga," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Bank Indonesia, Jumat (11/10).

Aliran investasi portofolio masuk sampai 10 Oktober 2019 sebesar Rp195,5 triliun (ytd). Terdiri dari Rp140,6 triliun untuk surat berharga negara (SBN) dan saham sebesar Rp52,9 triliun.

Sedangkan secara mingguan arus masuk bersih hingga 10 Oktober 2019 adalah sebesar Rp2,54 triliun. Di mana sebesar Rp3,04 triliun masuk ke SBN dan Rp0,36 triliun masuk ke saham.

"Menunjukkan investor confident terhadap ekonomi Indonesia maupun imbal hasil investasi di dalam negeri khususnya dari SBN yang cukup kuat. Itu terbukti dari arus investasi portofolio ke SBN," ujarnya.

Ada alasan yang menyebabkan arus investasi portofolio yang masuk ke saham lebih kecil jika dibandingkan dengan arus investasi portofolio ke SBN. Di antaranya kondisi perekonomian global yang tidak menentu, membuat arus modal asing ke saham ikut bergejolak.

"Saham itu memang lebih volatile, bergerak naik-turun atau keluar-masuk, terutama masa kini banyak kondisi global yang berpengaruh terhadap besarnya aliran modal asing masuk ke saham. Sementara SBN cukup positif," jelasnya.

Sementara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia harus meningkatkan investasi terutama skema langsung atau foreign direct investment (FDI), sebab neraca transaksi berjalan masih defisit tiga persen dari PDB sampai kuartal II-2019.

Sponsored

"Kenapa Indonesia butuh investasi? Jawabannya, simple karena negara kita masih tumbuh dan ballance of trade kita belum cukup untuk membuat current account tidak defisit,” katanya saat ditemui di Kantor Bappenas.

Menurutnya, FDI adalah pembiayaan CAD yang paling baik dibandingkan cara lainnya, yaitu portofolio, sebab jika melalui portofolio sering kali fluktuatif karena mudah terpengaruh terhadap kondisi dalam negeri.

Di sisi lain, Bambang menuturkan, daya saing ekonomi global Indonesia sedang melemah karena kebijakan terkait investasi yang masih rumit dan kurang ramah seperti adanya tumpang tindih aturan di kementerian/lembaga yang menyebabkan minat investor untuk berinvestasi ke Indonesia kecil. (Ant)

Berita Lainnya
×
tekid