sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Cardig Aero Services negosiasi pengelolaan Bandara Labuan Bajo

CASS dengan Changi Airport International Pte Ltd, menjadi satu-satunya bidder dari lima bidder yang lolos ke tahap selanjutnya.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Jumat, 11 Okt 2019 14:20 WIB
Cardig Aero Services negosiasi pengelolaan Bandara Labuan Bajo

PT Cardig Aero Services Tbk (CASS) mulai melakukan negosiasi terkait pengelolaan Bandara Komodo di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Wakil Presiden Direktur CASS, Radianto Kusumo mengatakan, saat ini konsorsium yang dibentuk CASS dengan Changi Airport International Pte Ltd, menjadi satu-satunya bidder dari lima bidder yang lolos ke tahap selanjutnya.

Radianto melanjutkan, ada dua tahapan yang harus dilalui Cardig untuk mendapatkan pengelolaan Bandara Komodo. Pihaknya pun saat ini tengah membicarakan tahap selanjutnya dengan Kementerian Perhubungan.

"Kita lolos tahap pertama. Saat ini kami menjadi satu-satunya bidder yang tersisa dan kami sedang bernegosiasi dengan pihak pengelola bandara," ujar Radianto di Jakarta, Jumat (11/10).

Namun, Radianto belum bisa memberikan informasi berapa nilai investasi yang akan digelontorkan perseroan, apabila CASS mendapatkan pengelolaan bandara tersebut.

"Yang pasti kita siapkan rencana dan secara teknis. Kita siapkan yang terbaik, karena bisnis servis terhadap industri penerbangan itu inti bisnis kita. Jadi kita merasa, ini salah satu fokus perseroan untuk selalu mengembangkan bisnis jasa penerbangan," tutur Radianto.

Lebih lanjut, Radianto mengatakan Cardig menguasai 80% saham dari konsorsium yang dibentuk Changi. Radianto mengatakan, pihaknya sedang fokus dalam tender ini, dan tak berminat mengikuti tender Bandara Singkawang di Kalimantan Barat.

Sebelumnya, Kepala Seksi Kerja Sama dan Pengembangan Pengusahaan Bandar Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Arief Mustofa mengatakan, konsorsium telah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp1,2 triliun dan belanja operasional (operational expenditure/opex) hingga Rp5 triliun untuk mengelola Bandara Komodo. 

Sponsored

Dana capex tersebut, kata Arief, akan digunakan oleh konsorsium untuk membangun terminal.

"Kami memberikan waktu pada konsorsium untuk mencari pendanaan 9-12 bulan. Sekaligus menyiapkan bikin izin dan segala macamnya," tutur Arief Jumat pekan lalu (4/10).

Setelah hal tersebut dilakukan, Arief mengatakan, konsorsium juga diwajibkan menjadi Badan Hukum Indonesia. Sehingga, nantinya yang mengoperasikan Bandara Komodo ini bukanlah asing, melainkan BHI.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid