sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

China masih mendominasi pasar ekspor Indonesia

Ekspor nonmigas lndonesia ke China mencapai US$ 2,16 miliar

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Kamis, 15 Nov 2018 19:41 WIB
China masih mendominasi pasar ekspor Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat China masih mendominasi pasar ekspor Indonesia pada Oktober 2018 di sektor nonmigas berdasarkan negara,

Ekspor nonmigas lndonesia ke China mencapai US$ 2,16 miliar, kemudian disusul negara AS yang sebesar US$ 1,53 miliar dan India sebesar US$ 1,32 miliar.

"Peranan ketiganya terhadap ekspor Oktober 2018 mencapai 35,15%," ujar Kepada BPS Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta, Kamis (14/11).

Sementara peningkatan ekspor nonmigas terbesar, juga terjadi pada negara China yang naik sebesar US$ 243,3 juta. Kemudian Swiss naik US$ 171,7 juta dan Singapura naik US$ 144 juta.

"Memang berdasarkan negara, perekonomian global secara umum menunjukkan pelemahan, kecuali AS yang memang berlari sendiri. Negara China juga mengalami pelemahan, tapi ekspor kita masih meningkat ke China," jelasnya.

Adapun penurunan ekspor terbesar terjadi pada negara Korea Selatan turun US$ 112 juta, kemudian Jepang turun US$ 53,4 juta, serta Hong Kong yakni US$ 45,2 juta. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) pada Oktober 2018 mencapai US$ 1,38 miliar. Turun 7,3% dari September 2018 yang US$ 1,39 miliar.

Secara akumulatif Januari-Oktober 2018, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 150,88 miliar, naik 8,84% dari periode yang sama di 2017. Sektor migas tercatat US$ 14,23 miliar atau naik 9,88% dari periode di 2017, sedangkan sektor nonmigas US$ 136,65 miliar mengalami kenaikan 8,73%.

Secara akumulatif ini, ekspor nonmigas didominasi oleh tiga negara yakni China sebesar US$ 20,69 miliar, Amerika Serikat sebesar US$ 14,73 miliar, dan Jepang US$ 13,79 miliar. "Komoditas utama yang diekspor ke China pada periode Januari-Oktober 2018 adalah lignit, batu bara, dan minyak kelapa sawit," pungkasnya.

Sponsored

Sementara Indonesia baru saja mengakhiri keikutsertaan pameran dagang importir terbesar di dunia "The 1st China International Import Expo" (CIIE) di Shanghai, China, pada 5-10 November 2018.

Sebanyak 32 perusahaan Indonesia menampilkan berbagai produk dan jasa seperti produk makanan dan minuman, produk kesehatan, sarang burung, minyak sawit dan turunannya, biodiesel, mebel, kertas, biji plastik daur ulang, potensi investasi, serta jasa tur dan perjalanan.

Kementerian Perdagangan menilai sangat penting untuk ikut serta dalam pameran yang yang diikuti lebih dari 130 negara peserta pameran yang mendatangkan lebih dari 150 ribu pengunjung, karena di situ akan banyak mengetahui potensi produk dan jasa Indonesia.

Timbul pertanyaan untuk apa Indonesia ikut pameran CIIE tersebut padahal selama ini China sudah menjadi tujuan ekspor utama nonmigas Indonesia mengungguli ekspor nonmigas ke Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara di Eropa.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan saat ini merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke China, setelah Presiden China Xi Jinping berjanji mereformasi ekonomi negaranya.

Keinginan Mendag Enggar itu disampaikan setelah dirinya mendengar Presiden Xi Jinping sampaikan ingin betul-betul mereformasi ekonomi, menyederhanakan perizinan dagang serta jaminan investasi. Presiden Xi Jinping mengatakan itu saat membuka CIIE 2018.

Keseriusan China membuka produk impor juga disampaikan Presiden Xi yang akan lebih memperhatikan masalah hak kekayaan intelektual, yang selama ini sering dipermasalahkan sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Bagi Indonesia, adanya CIIE harus benar-benar dimanfaatkan agar China dan negara-negara lain tahu mengenai potensi produk Indonesia yang siap masuk pasar ekspor.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan, Indonesia akan terus mencari celah sekecil apapun mempromosikan berbagai produk ekspor dengan ikut pameran dagang internasional yang tersebar di sejumlah negara.

"Kita tidak akan berhenti promosi di satu negara tapi akan terus mencari peluang agar produk Indonesia kian dikenal yang pada akhirnya menambah devisa nonmigas," kata Arlinda.

Dia mencontohkan, Indonesia belum lama ini ikut pameran dagang di Selandia Baru dan Bangladesh, yang ternyata pengusaha di kedua negara itu positif melakukan transaksi dagang.

Di Selandia Baru misalnya, sekalipun negara maju tapi selama ini belum terlalu tersentuh untuk promosi ke situ, dan beberapa waktu lalu saat ikut pameran bisa meraih transaksi US$9 juta.

Demikian juga di Bangladesh, sejumlah produk Indonesia yang dipromosikan mendapat kontrak dagang US$279,19 juta untuk jenis bus, gerbong kereta, dan rempah-rempah.

Kementerian Perdagangan menilai , pameran ini merupakan kesempatan sangat bagus bagi untuk mempromosikan potensi dagang, investasi dan pariwisata kepada pengusaha China.

Kementerian Perdagangan tentunya berharap keikusertaan dalam CIIE serta diperolehnya sejumlah transaksi bisnis, membuat pengusaha China bisa lebih banyak lagi impor produk Indonesia yang pada akhirnya bisa memperkecil defisit neraca perdagangan yang selama ini dialami Indonesia. (ant)
 

Sumber : Antara

Berita Lainnya
×
tekid