sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Dampak resesi Jepang terhadap ekonomi Indonesia

Beberapa kalangan melihat resesi Jepang bisa berdampak terhadap laju perekonomian di Indonesia.

Cantika Adinda Putri Noveria Eka Setiyaningsih
Cantika Adinda Putri Noveria | Eka Setiyaningsih Selasa, 22 Jan 2019 17:05 WIB
Dampak resesi Jepang terhadap ekonomi Indonesia

Hasil jajak pendapat Reuters menyebutkan Jepang akan mengalami resesi di tahun fiskal mendatang atau periode April 2019-April 2020. 

Ekonomi Jepang diperkirakan tumbuh 0,8% dan melambat menjadi 0,6%. Beberapa kalangan melihat, hal itu juga bisa berdampak terhadap laju perekonomian di Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai perekonomian Jepang sudah lama tidak tumbuh dengan baik. Tapi, Darmin masih harus mendalami terlebih dahulu, langkah apa akan dilakukan untuk bisa terus menjaga hubungan perekonomian dengan Jepang.

"Ya ekonomi dunia memang begini, jangan diharapkan dunia baik-baik saja. Kita yang harus kemudian mencari jalan untuk menjawab itu. Tidak bisa grasa-grusu menjawabnya," kata Darmin di Jakarta, Senin malam (21/1). 

Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi menilai Indonesia memiliki kaitan yang cukup erat dengan Jepang, mengingat rantai produksi ekonomi Indonesia dan Jepang cukup signifikan. 

Fithra mengatakan resesi Jepang tidak akan berpengaruh langsung terhadap ekonomi Indonesia. Namun demikian, Indonesia perlu waspada karena resesi bisa memberikan dampak dalam waktu 2-3 bulan. 

Fithra menyatakan setidaknya ada beberapa hal yang akan terdampak jika Jepang mengalami resesi. 


Pertumbuhan ekonomi

Sponsored

Akibat resesi Jepang ini, setidaknya pertumbahan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 akan mengalami kontraksi maksimal 0,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Artinya, apabila target pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi 5,3%, akibat resesi Jepang ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa saja hanya menyentuh 5,1%. 

Investasi asing

Selain itu, nilai investasi yang berasal dari Jepang juga diprediksi menurun hingga maksimal 5%. Meskipun, Fithra memandang Jepang akan tetap mempertahankan investasinya di Indonesia. Sebab, Indonesia masih menjadi pasar yang berpotensi untuk memajukan ekonominya. 

Ekspor 

Sementara nilai ekspor baru akan terasa ada pengurangan pada kuartal II-2019. Meski tidak begitu signifikan. 

"Jadi untuk bisa mengekspor lebih banyak, mereka sebenarnya butuh investasi besar juga. Kalau mereka mengurangi investasi, artinya mereka memiliki potensi ekspor ke Indonesia juga berkurang," jelas Fithra.

Nilai tukar rupiah

Sementara untuk rupiah, akibat ada dari dua gejolak - internal dan eksternal, rupiah secara rata-rata bisa kembali pada level Rp15.000 sampai Rp15.400 per dollar AS pada kuartal IV-2019. 

"Apabila kita tidak bisa memperbaiki faktor internal kita, dan terjadi shock juga dari Jepang dengan resesi ini, dampak ke rupiah akan justru semakin dalam," imbuhnya. 

Fithra melihat Indonesia tidak bisa mengambil keuntungan dengan adanya resesi Jepang ini. Pasalnya, Jepang merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai negara produksi alat-alat canggih atau high technology. Sementara Indonesia tidak memiliki potensi itu. 


Peluang keuntungan

Berbeda padangan dengan Fithra, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menilai Indonesia bisa mengambil keuntungan dengan adanya resesi Jepang ini. 

Kata dia, perlambatan pertumbuhan ekonomi Jepang yang sebesar 0,6% itu akan mengundang respon dari pemerintah dan otoritas moneter di masing-masing negara dalam bentuk kebijakan fiksal dan moneter yang lebih longgar. 

Kebijakan fiskal dan moneter yang longgar, khususnya di Ameria dan Eropa akan berdampak positif mendorong aliran modal asing ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 

"Saya memperkirakan, apabila perekonomian global terus melambat dan diikuti oleh kebijakan fiskal dan moneter yang lebih longgar pada tahun ini, maka tekanan pelemahan nilai tukar rupiah akan relati berkurang," kata Piter. 


Hubungan Indonesia-Jepang

Untuk diketahui, hubungan diplomasi antara Jepang dan Indonesia sampai 2019 telah berusia 60 tahun. Negeri Matahari tersebut juga telah memberikan banyak manfaat dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.

Melansir Antara, dalam 15 tahun terakhir, investasi Jepang dalam berbagai bidang di dalam negeri telah berhasil menciptakan lapangan kerja bagi tenaga lokal sebesar 4,7 juta jiwa dan investasi tersebut telah menyumbang 6,1% terhadap PDB. 

Sementara pada kurun waktu lima tahun terakhir, nilai investasi Jepang di Indonesia telah mencapai Rp286,3 triliun atau sekitar 87% dialokasikan pada sektor manufaktur, seperti otomotif, elektronika, makanan, dan minuman. 

Kerja sama perdagangan dengan Jepang turut berkontribusi menghasilkan nilai ekspor Indonesia yang mencapai 10,03% pada sepanjang tahun 2018 (Januari-Desember) atau sekitar US$16,31 miliar, menurut data BPS pada 15 Januari 2019 lalu.

Ditambah keterlibatan Jepang pada bidang infrastruktur melalui pembangunan pembangkit listrik yang mencapai besaran 8.700 MW. 

Berita Lainnya
×
tekid