sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Digempur Digital, Prospek Emiten Media Diprediksi Cemerlang

Perusahaan penyiaran televisi free-to-air (FTA) masih menjadi pilihan media iklan masyarakat.

Awan gunawan
Awan gunawan Rabu, 18 Okt 2017 18:31 WIB
Digempur Digital, Prospek Emiten Media Diprediksi Cemerlang

Memasuki kuartal terakhir di 2017, tak ada salahnya bagi investor untuk mengatur ulang keranjang investasi. Belanja saham menjadi salah satu alternatif strategi investasi bagi investor.

Namun, jangan sampai salah memilih saham sehingga justru mendatangkan kerugian. Salah satu sektor yang dinilai masih menguntungkan merupakan emiten media.   

Analis Mirae Asset Management Christine Natasya yakin sektor tersebut memiliki prospek menarik dalam jangka panjang. Alasannya, perusahaan penyiaran televisi free-to-air (FTA) tetap menjadi primadona kendati belanja iklan melalui platform online mengalami perkembangan pesat.

“Perusahaan konsultan Media Partners Asia (MPA) meyakini televisi di Indonesia tetap menjadi media iklan kedua yang paling disukai,” ujar Christine. 

Dari tahun 2017 sampai 2022, belanja iklan televisi di Indonesia diperkirakan akan mencatat tingkat pertumbuhan tahunan tertinggi ketiga (CAGR), setelah India dan Filipina. Di sisi lain, Mirae Asset Management mencatat penetrasi internet di Indonesia tetap jauh di bawah negara-negara Asia Pasifik lainnya seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura. 

“Penetrasi internet di negara ini diperkirakan hanya akan mencapai 50% pada tahun 2020,”paparnya.

Artinya, sekitar 135 juta orang Indonesia masih belum memiliki akses internet dalam tiga tahun mendatang. Dengan demikian, televisi masih menjadi media periklanan terkuat di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.

Belanja Iklan Televisi Tetap Tangguh di Semester II 2017

Sponsored

Pesatnya pertumbuhan perdagangan elektronik atau e commerce  di Indonesia justru berdampak postif terhadap industri televisi. Sejumlah perusahaan e commerce seperti Shopee dan Lazada cenderung meningkatkan belanja iklan televisi sehingga mampu mengimbangi pendapatan iklan televisi yang hilang akibat beralih ke iklan digital.

“AC Nielsen menyatakan bahwa sektor e commerce yang berkembang di Indonesia justru menyebabkan pertumbuhan belanja iklan televisi FTA,” tutur dia. 

Menurut dia, pemain e commerce tercatat agresif menghabiskan belanja iklan di televisi selama dua atau tiga tahun terakhir, terutama di tahun 2015. Nielsen mencatat pendapatan kotor dari iklan FTA televisi di Indonesia tumbuh sekitar 10% secara tahunan atau year on year (YoY) di 2016. “Kami berharap pertumbuhan terus berlanjut tahun ini,” tutur dia.

Prospek Cerah MNCN dan SCMA 

Kinerja dua emiten media, yakni PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT Surya Citra Media Tbk  (SCMA) akan diuntungkan oleh peningkatan peringkat kredit dari Standard and Poor’s (S&P) terhadap peringkat kredit investasi Indonesia, baru-baru ini. Upgrade tersebut memicu penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sehingga berpotensi menurunkan biaya dana MNCN. Sebab perusahaan memiliki eksposur hutang dan berencana untuk membiayai kembali beberapa hutang dalam mata uang dollar AS, tahun depan.

Christine memprediksi MNCN akan mencatat kinerja keuangan yang moncer. Pangsa pemirsa yang tangguh pada saluran utama RCTI di tengah persaingan ketat antara SCTV dan RCTI di sinetron lokal diperkirakan menjadi penopang kinerja MNCN.

 “Pick sektor teratas kami adalah SCMA karena memiliki neraca keuangan yang sehat, arus kas yang kuat, dan potensi marjin yang lebih tinggi pada tahun 2017, mengingat tidak adanya biaya program sepak bola satu tahun yang lalu dan kenaikan baru-baru ini dalam audiensi prime time SCTV,”urainya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid