sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Dirut dipecat, saham Garuda turun ke zona merah

Saham PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) terpantau turun 2% ke level Rp496 per lembar saham pada penutupan perdagangan Kamis (5/12).

Annisa Saumi
Annisa Saumi Jumat, 06 Des 2019 17:05 WIB
Dirut dipecat, saham Garuda turun ke zona merah

Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) anjlok setelah Menteri BUMN Erick Thohir memberhentikan Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra pada Kamis (5/12) karena kasus penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton.

Saham GIAA terpantau turun 2% ke level Rp496 per lembar saham pada penutupan perdagangan Kamis (5/12).

Pelemahan tersebut berlanjut hingga penutupan perdagangan Jumat (6/12). Saham Garuda Indonesia tercatat melemah 2,42% ke level Rp484 per lembar saham. 

Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan melihat rentetan kasus permasalahan Garuda Indonesia cukup banyak. Selain itu, sentimen negatifnya juga cukup banyak dalam tempo yang singkat. 

Tapi jika dilihat dari performa GIAA sendiri year to date ini, kata Alfred, pasar masih memberikan apresiasi. Bahkan ketika kasus Harley ini meledak, tekanan terhadap sahamnya relatif terbatas.

“Kalau kami lihat kenapa bisa seperti itu, pasar melihat ada perbaikan fundamental yang dicatatkan GIAA sampai di tahun ini," kata Alfred di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (6/12).

Alfred memandang saat ini pasar sudah mulai menilai bahwa kasus Harley Davidson dan sepeda Brompton ilegal ini merupakan kasus nonfundamental, khususnya lebih ke personal. Sebab, dari sisi kinerja fundamental, Garuda tercatat membukukan laba Rp1,7 triliun pada kuartal III-2019. 

Untuk ke depannya, Alfred melihat, akan ada perombakan direksi dari Kementerian BUMN akibat kasus tersebut. Lalu, begitu proses pergantian direksi itu selesai, hal tersebut menjadi fase berakhirnya kasus ini. 

Sponsored

"Karena ini kasusnya personal, maka dari sisi operasional kami tak melihat adanya sesuatu yang cukup signifikan akan mengganggu operasional perusahaan. Justru, saya melihat kemungkinan pasar akan melihat dari sudut pandang yang lain," ujarnya. 

Alfred menilai, permasalahan personal direksi di emiten BUMN berbeda dengan emiten swasta. Sebab, jajaran direksi di emiten BUMN bukanlah pemilik perusahaan. Apabila direksi emiten swasta bermasalah, efeknya akan jauh lebih besar dibandingkan BUMN.  

"Jika Kementerian BUMN memilih orang yang tepat, maka masalah internal Garuda selesai," tuturnya. 

Meskipun memiliki fundamental yang cukup baik, kabar pemecatan Dirut Garuda Indonesia tersebut tetap berpengaruh pada pergerakan saham Garuda. Alfred bilang, investor ritel sangat sensitif dengan kasus seperti ini.

"Berpengaruh, sudah pasti berpengaruh, karena ini psikologi ritel yang akan banyak bermain. Kalau kami lihat, ritel yang lebih sensitif pada kasus seperti ini," tutur Alfred. 

Alfred pun mengatakan saham Garuda Indonesia masih cukup oke untuk dikoleksi. Apalagi, dengan melihat fundamentalnya yang masih baik.

"Kami lihat masyarakat atau konsumen sudah mulai beradaptasi dengan harga tiket. Artinya, dengan kondisi harga tiket yang relatif cukup sama, apalagi avtur trennya cenderung flat, tidak mengalami kenaikan, secara fundamental Garuda masih bisa tumbuh 2020," ujar Alfred. 

Berita Lainnya
×
tekid