sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Distribusi lamban, harga cabai makin pedas

Pemerintah harus segera turun ke lapangan untuk mengetahui faktor kenaikan harga cabai.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Jumat, 14 Jun 2019 08:00 WIB
Distribusi lamban, harga cabai makin pedas

Usai lebaran, harga cabai makin pedas. Pasokan yang minim dan lambannya distribusi diduga menjadi faktor kenaikan harga cabai. 

Kenaikan harga cabai di Jakarta mencapai Rp10.000 per kilogram (kg) sejak awal pekan. Pantauan Alinea.id harga cabai merah keriting dari sebesar Rp40.000/kg per 12 Juni menjadi Rp 50.000/kg pada 13 Juni. 

Hanya selang satu hari, pedagang yang ditemui Alinea.id mengeluhkan kenaikan harga cabai. Sri, salah satu penjual di Pasar Cipete, Jakarta Selatan bilang sejak kemarin pagi harga jual cabai di pasar induk sudah tinggi. 

Selain itu, harga cabai merah besar juga terpantau naik. Harganya telah mencapai Rp60.000 per kg dari satu hari sebelumnya sebesar Rp50.000 per kg. 

Diran, penjual cabai lain di Pasar Cipte menuturkan, harga cabai naik dalam dua hari terakhir. Padahal sebelumnya, kata Diran setelah lebaran harga sempat turun. 

“Mungkin karena distribusinya macet atau belum masa panen. Jadi harganya naik, sebab telat beberapa jam saja harganya bisa berubah,” kata Diran.

Harga daging juga mengalami kenaikan, satu pekan setelah lebaran harga daging sapi mencapai Rp130.000 per kg dari harga normal Rp120.000 per kg. 

Jepri, pedagang daging di Pasar Cipete memprediksi harga daging sapi akan kembali normal. Sebab sebelumnya harga daging sapi sempat stabil Rp118.000 per kg sampai Rp120.000 per kg. 

Sponsored

Sementara harga pangan lain terpantau stabil. Misalnya, harga cabai rawit merah Rp24.000 per kg, rawit hijau Rp30.000 per kg, cabai hijau Rp30.000 per kg dan bawang merah di harga Rp 38.000 per kg. 

Arus mudik

Ketua Komite Tetap Hortikultura Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Karen Tambayong menyebut, kenaikan harga cabai di pasar setelah lebaran terjadi karena terhambatnya distribusi barang karena arus mudik dan balik.

"Mungkin karena transportasi belum lancar,” kata Karen kepada Alinea.id.  

Selain faktor distribusi, kenaikan harga cabai merah besar terjadi karena lokasi tanaman di dataran tinggi untuk menuju pusat kota butuh waktu yang panjang. Walhasil, harga cabai merah besar terbilang mahal dengan konsumsi yang terbilang sedikit. 

Pada kondisi ini, Karen menyarankan pemerintah harus segera turun ke lapangan untuk melihat akar permasalahan. Apabila persoalannya adalah distribusi, seharusnya tidak ada persoalan karena infrastruktur saat ini terbilang mumpuni. 

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan (Kemendag) Cahya Widyawati mengakui, harga cabai merah mengalami kenaikan. Kenaikan harga cabai merah ini terjadi sejak dua bulan sebelum lebaran dan lima hari setelah lebaran usai. 

Cahya menduga kenaikan harga cabai terjadi karena kurangnya pasokan. Kalaupun di sejumlah daerah penghasil telah panen, tetapi hasilnya belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri. 

"Lebaran itu butuhnya cabai merah dan cabai merah keriting, sebab orang bikin rendang dan gulai,” kata Cahya. 

Meski begitu, menurutnya harga cabai masih relatif stabil jika dibandingkan pada lebaran tahun lalu. Begitu juga harga bahan pokok lain. 

Ia mencontohkan pada tahun lalu tiga hari sebelum lebaran harga daging ayam naik. Nah, tahun ini tidak terjadi. 

Hal ini lantaran distribusi bahan pokok selama lebaran dinilai berjalan dengan lancar. Kemendag, kata Cahya telah memprioritaskan sejak tiga hari sebelum lebaran hingga lima hari setelah lebaran distribusi bahan pokok harus menjadi prioritas. 

Tim penetrasi pasar yang dibentuk oleh Kemendag selama lebaran pun tidak menemukan indikasi adanya pedagang pasar yang memainkan harga.

Berita Lainnya
×
tekid