Ekonom beda pendapat tentang arah kebijakan bunga acuan
Para ekonom punya prediksi berbeda terkait arah kebijakan bunga acuan.
Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate siang ini, Kamis (20/12). Para ekonom punya prediksi berbeda terkait arah kebijakan bunga acuan.
Beberapa di antaranya melihat kemungkinan kenaikan lanjutan bunga acuan dari posisi sekarang. Namun ada juga yang menyebutkan BI akan menahan suku bunganya sampai akhir tahun pada level 6%.
Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah Redjalam menilai, BI mungkin saja mengerek lagi bunga acuan untuk menjaga interest rate differential agar tidak terjadi modal asing keluar.
"Kenaikan suku bunga acuan The Fed ini saya kira BI akan mengikuti menaikkan BI7DRR sebesar 25 bps, dengan demikian rupiah terjaga," ujar Piter saat dihubungi Alinea.id.
Menurutnya, dengan naik 25 bps nanti, suku bunga acuan BI menjadi 6,25 bps. Hal ini berarti BI telah menaikan 175 bps selama setahun ini. "Tapi sebenarnya masih cukup kondusif. Sebelumnya kita biasa dengan suku bunga acuan di atas 7%," katanya.
Piter menilai rupiah masih bisa menguat sampai akhir tahun ini di tengah rilis data defisit neraca perdagangan. "Saya meyakini rupiah akan berada di kisaran Rp14.300 sampai dengan RP14.500 per dollar AS," ungkapnya.
Sementara Pendiri dan Direktur Jagartha Advisor FX Iwan menilai BI akan tetap mempertahankan bunga acuan pada posisi 6%.
"BI akan mempertahankan suku bunganya, mengingat ekspektasi kenaikan The Fed pada 2019 sudah diadjust lebih rendah," ungkapnya.
Adapun sepanjang tahun ini BI telah mengerek secara agresif bunga acuannya sebanyak 175 basis poin hingga ke level 6%. Terakhir kali, kenaikan dilakukan pada November lalu guna mengantisipasi kenaikan bunga acuan AS pada Desember sekaligus mengendalikan defisit transaksi berjalan.