sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ekonomi di luar Jawa belum tumbuh signifikan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas menyatakan saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh Pulau Jawa.

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Senin, 11 Feb 2019 13:49 WIB
Ekonomi di luar Jawa belum tumbuh signifikan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas menyatakan saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh Pulau Jawa. Provinsi lain di luar Jawa masih belum berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah provinsi punya andil besar untuk mendatangkan investasi untuk meratakan perekonomian. Dengan demikian, tingkat ekonomi di luar Jawa bisa tumbuh.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), struktur perekonomian Jawa telah menyumbang 58,48% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2018, lebih tinggi dibandingkan 2017 yang sebesar 58,49%.

Kata Bambang, tingkat perekonomian di Jawa memang selalu lebih tinggi secara konsisten dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Karena, sebagian besar perekonomian di Jawa ditopang oleh manufaktur. 

"Artinya, ini bisa menjadi clue kenapa manufaktur penting. Karena kontribusi manufaktur (di Jawa) besar dan jasa tentunya. Maka dia bisa tumbuh lebih tinggi dari (pertumbuhan ekonomi) nasional," kata Bambang di Jakarta, akhir pekan lalu.

Bambang mengakui pemerintah harus membangun infrastruktur dan fasilitas pendukung investasi. Dengan demikian, investor akan tertarik merambah ekonomi baru di luar Jawa. 

Sementara, dari data BPS, pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera dan Kalimantan yang ditopang komoditas cenderung stagnan sejak setahun ke belakang. 

Kalimantan, menyumbang 8,20% terhadap PDB pada 2017-2018. Sedangkan Sumatera menyumbang 21,58% terhadap PDB pada 2018, lebih rendah dibandingkan 2017 yang mencapai 21,66% terhadap PDB. 

Sponsored

Oleh karena itu, kata Bambang, pembangunan sektor manufaktur menjadi salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pusat-pusat ekonomi baru akan konsisten dibangun di luar Jawa. 

"Cerita dua pulau ini menunjukkan bahwa kalau ingin tumbuh lebih cepat, tumbuh lah dengan dorongan manufaktur, kurangi lah ketergantungan kepada sumber daya alam," ujar Bambang. 

Bambang juga mengatakan pemerintah daerah bisa memakai strategi mengkombinasi pendapatan dari manufaktur dan sumber daya alam.

"Pemda juga harus mulai fokus untuk bagaimana mendiversifikasikan ekonominya. Jangan terlalu bergantung kepada SDA," imbuhnya. 

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menngatakan, Indonesia harus menemukan sumber-sumber pertumbuhan baru di luar Pulau Jawa. Misalnya, dengan mendorong pariwisata atau pengolahan komoditas khusus. 

"Sulawesi penghasil kakao, tapi industri pengolahannya masih terbatas. Nah, kalau kakao bisa kita ekspor dalam bentuk coklat setengah jadi, nilai tambahnya bisa dinikmati masyarakat di luar Jawa," ujarnya. 

Hal senada diungkapkan Direktur Direktur Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah, pemerintah seharusnya tidak lagi bertumpu pada komoditas. Menurut dia, penting untuk membangun industri dan memanfaatkan produk-produk unggulan masing-masing daerah. 

Dia mencontohkan, Kalimantan kaya akan batubara dan juga penghasil kelapa sawit (crude palm oil/CPO). Pemerintah bisa membangun industri minyak nabati di Kalimantan atau bisa juga menjadikan Kalimantan sebagai pusat penghasil energi. 

"Demikian juga dengan Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Papua. Tanpa industri daerah tidak bisa memacu pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.
 

Berita Lainnya
×
tekid