sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pertumbuhan ekonomi 5,02% dorong aliran modal dan perbaikan industri

Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 sebesar 5,02% diyakini jadi celah untuk perbaikan.

Laila Ramdhini
Laila Ramdhini Rabu, 06 Nov 2019 14:07 WIB
Pertumbuhan ekonomi 5,02% dorong aliran modal dan perbaikan industri

Ekonomi Indonesia pada kuartal III-2019 tumbuh sebesar 5,02% atau melambat dibandingkan kuartal sebelumnya 5,17%. Pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu memuaskan ini dinilai bisa menjadi celah bagi masuknya aliran modal asing dan perbaikan industri.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengharapkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2019 sebesar 5,02% harus bisa memberikan peluang bagi peningkatan kinerja perekonomian nasional.

"Pertumbuhan 5,02% bukan pertumbuhan yang rendah. Ini pertumbuhan yang seharusnya bisa memberikan optimisme untuk gerak ekonomi Indonesia," kata Suahasil saat memberikan sambutan dalam acara Indonesia Banking Expo 2019 di Jakarta, Rabu (6/11).

Suahasil menjelaskan kondisi global yang melambat telah memberikan dampak kepada perlemahan ekonomi negara maju dan berkembang termasuk Indonesia.

Menurut dia, dampak perlambatan tersebut mempengaruhi aliran modal yang masuk ke Indonesia melalui instrumen portfolio maupun investasi langsung serta kinerja perdagangan nasional.

Meski demikian, kata Suahasil, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh lebih baik dibandingkan negara-negara lain yang mengalami perlambatan lebih dalam.

Oleh karena itu, Suahasil memastikan pemerintah akan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ini melalui pelaksanaan instrumen fiskal yaitu pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Dengan penggunaan APBN untuk mengelola perekonomian, ia menyakini, kegiatan ekonomi yang didukung efektivitas belanja pemerintah dapat menciptakan lapangan kerja, menekan tingkat kesenjangan, dan mengurangi angka kemiskinan.

Sponsored

"Konstruksi dari APBN, kita upayakan agar bersifat counter cyclical, jadi ketika perekonomian menunjukkan perlemahan, maka APBN harus berikan dukungan," kata mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal ini.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2019 sebesar 5,02%. Salah satu komponen Produk Domestik Bruto (PDB) yang melambat adalah konsumsi pemerintah yang hanya tumbuh 0,98% karena turunnya realisasi belanja barang dan jasa serta bantuan sosial.

Selain itu, kinerja investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga tercatat tumbuh yaitu 4,21% atau terendah dibandingkan periode sama dalam dua tahun terakhir.

Dengan pertumbuhan triwulan III-2019 tercatat 5,02%, maka secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun tercatat 5,04%.

Perbaikan industri manufaktur

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Rosan Perkasa Roeslani mengatakan pengusaha telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya akan berada pada kisaran 5%.

"Sebab kita melihat memang perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, semua negara dikoreksi pertumbuhannya baik oleh International Monetary Fund (IMF) maupun Bank Dunia," kata Rosan.

Namun, lanjut Rosan, karena Indonesia tak masuk ke dalam global value chain, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia turun tak terlalu terpuruk akibat perlambatan ekonomi global. 

Rosan mencontohkan, laju ekonomi Singapura yang ikut dalam global value chain turun sampai kisaran 0,1% pada saat ekonomi dunia melambat di kuartal II-2019.

Lebih lanjut, Rosan menilai kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menggenjot industri pengolahan atau manufaktur sebagai bagian dari global value chain.

Rosan melanjutkan, selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih banyak ditopang oleh konsumsi domestik dengan persentase 55%. 

Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02%, Rosan mengibaratkan konsumsi domestik memiliki andil sebanyak 3% ke pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Ke depannya, Rosan melihat pertumbuhan ekonomi masih akan cukup menantang. Maka, dengan demikian, konsumsi domestik dan daya beli masyarakat harus tetap dijaga. 

"Oleh sebab itu, pemerintah harus bisa membuat kebijakan yang berdampak langsung kepada daya beli masyarakat karena itu kuncinya. Sementara untuk investasi dan ekspor, saya rasa itu masih akan mendapatkan tantangan," tuturnya.  (Ant)

Berita Lainnya
×
tekid