sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Era transaksi digital yang menyisakan problem

Bank Indonesia mencatat, sejak 2016 transaksi keuangan secara elektronik di Indonesia menunjukkan peningkatan.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Jumat, 01 Mar 2019 11:22 WIB
Era transaksi digital yang menyisakan problem

Menekan ongkos pencetakan uang

Menurut pakar teknologi telekomunikasi Alexander Rusli, pertumbuhan lini usaha pembayaran digital menunjukkan tren yang akan semakin masif. Melalui transaksi tanpa uang tunai, ongkos yang dikeluarkan negara untuk pencetakan dan distribusi uang kertas dan logam dapat dikurangi.

Namun, kata Alexander, pembayaran elektronik tak dimaksudkan sepenuhnya untuk menggantikan transaksi tunai.

“Digital payment ini umumnya lebih relevan dijalankan untuk ranah pembayaran dalam nominal kecil atau angka sulit (micropayment), misalnya Rp1.740. Tetapi tidak menggantikan pembayaran tunai untuk pembayaran dalam jumlah lebih besar,” ujar Alexander ketika dihubungi, Kamis (28/2).

Selain itu, menurutnya, cara pembayaran digital juga bersifat aman, terutama dalam menekan peluang peredaran uang palsu. Meski demikian, dia menyadari geliat transaksi elektronik di Indonesia akan kian meningkat, sejalan pertumbuhan perangkat teknologi informasi dan ketertarikan masyarakat untuk menggunakannya.

Salah satu layanan transaksi digital yang tersedia di sebuah warung makan di dalam kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. (Alinea.id/Robertus Rony Setiawan).

“Masyarakat tergiur oleh potongan-potongan harga yang ditawarkan platform-platform pembayaran elektronik itu,” kata Alexander.

Di sisi lain, Harianto Gunawan melihat, meski sebagian masyarakat (48,9%) memiliki akun bank, transaksi dengan uang tunai mencapai 90% dari seluruh transaksi di Indonesia. Padahal, kata dia, transaksi dengan uang tunai cukup memboroskan alokasi uang negara.

Sponsored

“Berdasarkan laporan lembaga keuangan McKinsey, kehadiran uang tunai dinilai sangat mahal karena menyumbang 1,5% PDB (produk domestik bruto) ekonomi Indonesia. Maka mengatasi pemborosan dalam ekonomi ini menjadi sebuah tantangan yang besar,” tuturnya.

Hambatan

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda menjelaskan, ceruk industri pembayaran digital akan semakin luas.

Nailul optimistis, seiring pengembangan dan pembaruan teknologi, pembayaran digital akan semakin memudahkan transaksi keuangan melalui ponsel pintar.

Kondisi tawaran potongan harga dan perang tarif antarpenyedia platform juga menjadi keuntungan dan daya tarik konsumen. Di sisi lain, bagi perusahaan pembayaran digital, akan membuka peluang lebih besar untuk memperoleh kucuran dana investor.

Fasilitas layanan transaksi digital memudahkan seseorang dalam bertransaksi. Namun, masih ada sejumlah masalah.

“Valuasi nilai ekonomi perusahaan digital payment menjadi penilaian penting bagi investor. Perusahaan di pasar industri ini akan terus bertambah,” tuturnya ketika dihubungi, Kamis (28/2).

Namun, menurutnya, masih ada hambatan dari segi penerapan perangkat teknologi. Pertama, masih banyak masyarakat yang terbiasa membawa atau menggunakan uang tunai. Kedua, ketersediaan perangkat teknologi, terutama sinyal internet, masih timbul-tenggelam.

Berita Lainnya
×
tekid