sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Erick Thohir khawatir investasi UEA batal karena coronavirus

Uni Emirat Arab (UEA) berkomitmen untuk investasi senilai US$22,89 miliar di Indonesia.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Selasa, 11 Feb 2020 10:42 WIB
Erick Thohir khawatir investasi UEA batal karena coronavirus

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku khawatir akan dampak penyebaran coronavirus terhadap investasi ke Indonesia. Erick menyebut salah satunya investasi dari Uni Emirat Arab (UEA) sebesar US$22,89 miliar.

"Karena pihak Abu Dhabi tidak tahu Indonesia aman atau tidak. Bisa saja investasinya ditahan," ujar Erick di Jakarta, Senin (10/2).

Sebelumnya, Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) menandatangani 16 kesepakatan yang terdiri atas lima kerja sama antara pemerintah dan 11 kerja sama antara pelaku usaha di Abu Dhabi, Minggu (12/1).

Lima perjanjian antara pemerintah Indonesia dan UEA ini di bidang keagamaan, pendidikan, pertanian, kesehatan, dan penanggulangan terorisme. Sementara itu, 11 perjanjian bisnis antara pelaku usaha, di antaranya bidang energi, migas, petrokimia, pelabuhan, telekomunikasi, dan riset.

Di samping itu, Erick juga menuturkan epidemic coronavirus berpotensi mengganggu kinerja badan usaha milik negara (BUMN). Terutama, perusahaan pelat merah yang mengandalkan pasokan bahan baku dari China.

"Obat pun bahan bakunya dari 60% dari China. Kalau bahan baku enggak dikirim, mau bikin obat pakai apa?" kata Erick.

Erick juga mengimbau agar rumah sakit milik BUMN siap dan waspada dengan wabah coronavirus jika sewaktu-waktu menyebar ke Indonesia. Dia mengaku sudah berkoordinasi dengan BUMN seperti PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), PT Angkasa Pura I dan II, dan PT Garuda Indonesia Tbk. 

Di sisi lain, Erick mengatakan perusahaan BUMN bisa melihat kesempatan dari epidemi coronavirus ini, misalnya dengan menjadi produsen masker.

Sponsored

"Hari ini saya ditelepon Suning Holdings Group, yang dulu beli investasi saya di Inter Milan. Mereka mau dua juta masker," tutur Erick.

Namun demikian, Erick mengingatkan produsen Indonesia agar tak terus mengekspor atau menjual masker ke luar negeri dan tetap memprioritaskan pasar dalam negeri terlebih dahulu.

Berita Lainnya
×
tekid