sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

GMF Aero Asia pasang harga lebih murah dari bengkel pesawat asing

GMF Aero Asia akan mengandalkan pendapatan dari lini bisnis perawatan mesin pesawat.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Selasa, 25 Jun 2019 21:15 WIB
GMF Aero Asia pasang harga lebih murah dari bengkel pesawat asing

PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk. (GMFI) menawarkan biaya perawatan pesawat lebih murah dibanding dengan perusahaan perawatan pesawat (MRO) di luar negeri.

Pelaksana Tugas Direktur Utama PT GMF Aero Asia Tazar Marta Kurniawan mengatakan penawaran harga yang lebih murah itu merupakan kontribusi untuk menekan biaya perawatan maskapai dalam negeri. Pasalnya, perawatan pesawat memakan porsi 30% dari biaya operasi maskapai.

“Supaya barang tidak dikirim ke luar negeri. Sebab, biaya perawatan komponen atau mesin GMF kan hanya US$40-50 dolar per jam, kalau di sana (luar negeri) sampai US$90 dolar AS,” kata Tazar di Jakarta, Selasa (25/6).

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya akan membesarkan kapasitas perawatan pesawat dengan menjalin kerja sama dengan Air France untuk perawatan mesin.

“Jadi, otomatis sekitar 600 mesin kami pindahkan ke sini semua. Kalau selama ini kami harus kirim ke luar, seperti Eropa, Malaysia, Amerika Serikat. Itu untuk biaya transportasi saja sudah puluhan ribu dolar AS,” ujarnya.

Saat ini, anak usaha Garuda Indonesia ini juga sudah mengantongi lisensi untuk perawatan mesin pesawat Airbus A320, dari sebelumnya hanya memiliki lisensi Boeing 737.

“Bayangkan kalau kapabilitas sudah full 150 mesin, kami akan punya pendapatan sekitar US$750 juta. Kami ambil berapa persen yang bisa kita hemat daripada dibawa ke luar,” katanya.

Namun, Tazar menuturkan saat ini insentif pajak yang diberikan pemerintah masih belum banyak. Terutama untuk pembebasan bea masuk komponen pesawat, yakni dari 300 komponen baru 25 komponen yang dibebaskan.

Sponsored

“Sisanya masih progres, kami masih diskusi dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Keuangan supaya yang lain bisa masuk dari bagian insentif,” katanya.

Bea masuk komponen yang dikenakan pada komponen pesawat tersebut beragam, dari 5% hingga 20%. Namun, Tazar mengatakan adanya insentif tersebut tidak mengurangi tingkat keselamatan pesawat karena semua dilakukan sesuai standar.

“Tidak ada pengaruh ‘kan itu insentif dalam hal tarif, tapi yang namanya perawatan antara maskapai dengan MRO pada saat mengoperasikan pesawat mereka buat dengan program perawatan harus disetujui oleh otoritas kita,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, perusahaan pesawat juga sudah harus disetujui oleh otoritas bandara.
“Jadi kalau sudah disetujui otoritas baru dikerjakan oleh GMF. GMF itu bekerja sesuai dengan program perawatan enggak ada yang boleh kita kurangi. Yang bisa kita kurangi cara kita bekerja lebih cepat lebih efisien. Efesiensinya yang kita lakukan sifatnya industrialisasi,” ujarnya.

Perawatan pesawat militer

Sementara itu, emiten dengan kode saham GMFI ini juga mulai menggarap perawatan pesawat militer, seperti Air Force dan Hercules.

“GMF pada tahun ini sudah masuk industri MRO (perawatan pesawat) di bidang pertahanan, untuk perawatan pesawat militer di Indonesia,” kata Tazar.

Ia mengatakan pihaknya juga tengah memodifikasi pesawat Hercules, dan saat ini tengah menyelesaikan kesepakatan perawatan unit Air Force.

“Misalnya untuk pesawat Air Force  nanti dikerjasamakan dengan kita, jadi sekarang proyek yang kita garap dengan militer,” katanya.

Tazar menuturkan perawatan pesawat militer merupakan salah satu ekspansi bisnis yang akan dimulai pada tahun ini dan terus dikembangkan pada 2020.

Dalam kesempatan sama, Direktur New Business Portofolio GMF I Gusti Wayan Susena mengatakan pihaknya akan menggarap penggantian center wings box Hercules C-130. Awalnya, kata dia, perawatan pesawat Hercules C-130 dikerjakan di Malaysia.

“Pekerjaan lainnya menggantikan kokpit dari analog jadi digital, modernisasi armada C-130 Hercules. Ke depan akan menambah military division. Kami tambahkan komersial dan TNI AU,” katanya.

Lockheed Martin C-130 Hercules pernah digunakan mengevakuasi korban gempa di Palu pada akhir September hingga Oktober 2018.

Selain itu, pesawat itu juga digunakan untuk mengangkut jenazah Ibu Negara periode 2004-2014, Kristiani Herrawati Yodhoyono atau Ani Yudhoyono, dari Singapura ke Jakarta pada 2 Juni 2019.

Untuk diketahui, GMF menargetkan laba bersih sebesar US$500 juta pada 2019. Target ini akan ditopang oleh bisnis perawatan mesin.

Berita Lainnya
×
tekid