sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Gubernur Sumbar: Harga beras naik karena permintaan tinggi, harga BBM, dan iklim

Kementan mendorong Satgas Pemantauan Bahan Pangan Pokok untuk terus melakukan pemantauan dan intervensi pada daerah.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Selasa, 08 Nov 2022 21:14 WIB
Gubernur Sumbar: Harga beras naik karena permintaan tinggi, harga BBM, dan iklim

Pemerintah memastikan, ketersediaan stok beras nasional 2022 mengalami surplus. Ini berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Sistem Nasional Neraca Komoditas (SINAS NK) Kementerian Koordinator Bidang perekonomian yang diolah Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan diperbarui pada 22 Oktober 2022.

Data tersebut menunjukkan, produksi beras 2022 sebesar 32,07 juta ton dan terdapat stok di awal 2022 sebanyak 37,34 juta ton. Sehingga total jumlah kebutuhan Januari hingga Desember 2022 sebesar 30,91 juta ton, dan diperoleh surplus beras sebesar 6,44 juta ton untuk tahun 2022.

Surplus beras nasional ini sesuai dengan fakta ketersediaan beras di daerah, seperti di Sumatera Barat (Sumbar). Menurut Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansyarullah, produksi beras di Provinsi Sumbar hingga saat ini dan akhir 2022 mengalami surplus.

Kemudian mengacu dari data BPS 2022, produksi padi 2022 sebesar 1,42 juta ton gabah kering giling (GKG) dan berasnya mencapai 819,780 ton, lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 yang hanya mencapai 1,32 juta ton GKG. Konsumsi beras Provinsi Sumbar juga tercatat sebanyak 639.561 ton, sehingga masih ada surplus 180.219 ton.

“Harga beras di Sumatera Barat memang saat ini mengalami kenaikan, namun bukan disebabkan karena produksi yang menurun atau stok yang menipis, tapi disebabkan karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), suplai pupuk terbatas dan alokasi pupuk bersubsidi yang tidak mencukupi dan kenaikan harga disebabkan karena perubahan iklim,” demikian dikatakan Mahyeldi dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di Daerah yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri secara virtual, ditulis Selasa (8/11).

Mahyeldi juga menyampaikan, kenaikan harga beras di Sumbar disebabkan permintaan beras dari provinsi tetangga yang tinggi.

“Provinsi Sumbar merupakan daerah penyangga pangan untuk Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Karena harga jual lebih tinggi, sehingga petani dan pengusaha di Sumbar lebih menjualnya ke luar daerah,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Andi Nur Alam Syah yang mewakili Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, berdasarkan angka sementara 2022 BPS, luas panen padi 2022 sebesar 10,61 juta hektar, produksi berasnya diperkirakan sebesar 32,07 juta ton. Produksi ini mengalami peningkatan sebanyak 718,03 ribu ton atau 2,29% dibandingkan produksi beras di 2021 yang sebesar 31,36 juta ton.

Sponsored

“Selain beras, secara umum ketersediaan pangan strategis nasional selama Januari-Desember 2022 dari produksi dalam negeri cukup aman. Di antaranya produksi jagung surplus 2,61 juta ton, bawang merah 14.118 ton, cabai besar 25.847 ton, cabai rawit 35.501 ton, daging ayam 644.301 ton, telur 383.771 ton dan minyak goreng 716.565 ton,” ujar Andi.

Menurutnya, dalam upaya mengendalikan inflasi di daerah, Kementan mendorong Satgas Pemantauan Bahan Pangan Pokok untuk terus melakukan pemantauan dan intervensi pada daerah-daerah defisit, salah satunya dengan melakukan pasar murah. Kementan pun melakukan penguatan penyanggah pangan, yakni membangun kawasan cabe, tomat, bawang merah pada daerah sentra.

“Pengendalian inflasi pun dengan melakukan kunjungan kerja tematik untuk memastikan ketersediaan bahan pangan pokok, mendorong pertanian pekarangan yaitu menanam cabe, tomat dan sayur-sayuran, menjaga kelancaran distribusi pangan yaitu memindahkan dari daerah surplus ke defisit, dimana Kementan mengalokasikan subsidi transportasi,” tandas Andi. 
 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid