sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Gunung Raja Paksi siap antisipasi banjir baja impor China

Perusahaan baja Gunung Raja Paksi melakukan antisipasi untuk menghalau gempuran impor dari China.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Selasa, 03 Sep 2019 17:11 WIB
Gunung Raja Paksi siap antisipasi banjir baja impor China

Derasnya impor baja dari China mendorong PT Gunung Raja Paksi aktif melakukan sinergi dengan The Indonesian Iron & Steel Association (IISIA). Direktur Utama Gunung Raja Paksi, Alouisius Maseimilian, mengatakan perusahaan dan asosiasi akan memastikan pasokan baja dalam negeri tetap terjaga.

"Suplai tersebut diharapkan dapat menahan laju impor yang masuk dan juga memperbaiki sertifikasi yang menjadi peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI)," kata Alouisius di Jakarta, Selasa (3/9).

IISIA memperkirakan konsumsi baja di Indonesia akan meningkat dari 57 kilogram (kg) per kapita di 2018, menjadi 84 kg per kapita di 2020. Alouisius pun memperkirakan industri baja akan tumbuh 7%-9% pada 2020 nanti, setelah mengalami pelambatan pada kuartal I-2019.

Perlambatan ekonomi

Alouisius mengungkapkan Gunung Raja Paksi termasuk salah satu perusahaan yang terdampak perlambatan ekonomi tersebut. Tercatat, penjualan perusahaan menurun sebesar 15,18% pada kuartal I-2019 menjadi US$212 juta, dari US$250 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pelambatan tersebut, kata Alouisius, disebabkan oleh dua faktor. Faktor pertama, penjualan secara volume turun karena dipengaruhi oleh tahun politik. Hal tersebut membuat pembeli cenderung untuk melakukan aksi tunggu dan lihat, sehingga membuat permintaan baja turun.

Kemudian, faktor kedua, harga bijih besi mengalami fluktuasi. Alouisius menyebutkan, beberapa bulan lalu harga bijih besi sempat menembus harga US$100/ton. Namun, saat ini harga bijih besi sudah kembali turun menjadi US$60/ton.

Kendati demikian, ketika pemilu usai sudah ada kenaikan permintaan baja. "Waktu selesai pemilu di bulan Mei sudah berasa kenaikan permintaan baja," kata Alouisius.

Sponsored

Untuk itu, perusahaan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$150 juta pada tahun ini untuk proyek blast furnace. Sementara hingga semester I-2019 ini, perseroan telah menyerap capex sebesar US$50 juta-US$60 juta untuk meningkatkan daya listrik dan modernisasi fasilitas produksi perusahaan.

"Saat ini untuk membuka pabrik baru belum ada rencana. Tapi yang kita lakukan adalah modernisasi pabrik karena sudah berdiri 30 tahun," tutur Alouisius.

Pabrik seluas 210 hektare (ha) yang terletak di Cikarang Barat, Jawa Barat, tersebut telah terutilisasi secara penuh. Dengan demikian, perusahaan pun menargetkan bottom line senilai US$26 juta pada 2019 ini bisa tercapai. 

Berita Lainnya
×
tekid