sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Harga kol anjlok ke Rp800, SPI: HPP dan biaya produksi petani impas

Subsektor tanaman pangan dan hortikultura belum menunjukkan perkembangan yang positif.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Jumat, 04 Jun 2021 18:13 WIB
Harga kol anjlok ke Rp800, SPI: HPP dan biaya produksi petani impas

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Mei 2021 adalah sebesar 103,39 atau naik 0,44% dibandingkan NTP bulan sebelumnya. 

Kenaikan NTP Mei 2021 dipengaruhi oleh kenaikan NTP di empat subsektor, yaitu: subsektor tanaman pangan 0,63%,subsektor tanaman perkebunan rakyat 1,05%, subsektor tanaman peternakan 0,85%, dan subsektor perikanan 0,78%.

Sementara, subsektor hortikultura mengalami penurunan 2,75%

Menanggapi hal tersebut, Agus Ruli Ardiansyah, Sekretaris Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI), menyoroti perkembangan NTP di dua subsektor, yakni tanaman pangan dan hortikultura. 

Kedua subsektor tersebut menurutnya belum menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini tercermin dari situasi yang dialami oleh para petani di berbagai wilayah.

“Dari data BPS dapat kami lihat untuk subsektor tanaman pangan, nilainya masih berada di bawah standar impas (ukuran 100 dalam NTP) yakni di angka 96,85. Tren ini kami amati sudah terjadi dari awal tahun 2021," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (4/6).

Adapun, untuk subsektor hortikultura, kendati berada tipis di atas standar impas, namun hal ini cukup fluktuatif dan trennya menurun dari dua bulan terakhir.

Dia pun menuturkan, situasi ini selaras dengan laporan anggota SPI di berbagai wilayah. Untuk tanaman pangan, khususnya padi, terjadi sedikit kenaikan harga. Namun kenaikan harga diduga akibat sebaran panen yang terbatas, mengingat secara perhitungan di pulau Jawa masih musim tanam kedua. 

Sponsored

"Hanya saja, berkaca dari karut-marutnya tata kelola pangan di panen yang lalu, kita patut khawatir harga akan kembali anjlok lagi ke depannya,” ujar dia.

Pada subsektor hortikultura, laporan BPS menyebutkan penurunan pada subsektor ini dipengaruhi turunnya indeks harga yang diterima oleh petani (lt), khususnya pada dua kelompok yakni sayur-sayuran dan tanaman obat. 

Agus menjelaskan, anggota SPI yang melakukan budidaya sayur-sayuran, seperti di Kabupaten Bogor dan Sukabumi, menyebutkan harga di tingkat petani rendah dan kurang laku di pasar.

Harga kol yang biasanya Rp3.000 per kilogram (kg) turun drastis menjadi hanya Rp800 per kg. Di Wonosono, Jawa Tengah, untuk tanaman cabai hijau besar berada di harga Rp6.000, turun 50% dibandingkan harga normalnya yakni Rp12.000. 

Untuk tanaman kol atau jenis kubis-kubisan di harga Rp1.000 per kg, dari harga normalnya di kisaran Rp2.000-Rp3.000 per kg.

Oleh karena itu, Agus Ruli kembali mengingatkan agar pemerintah segera menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

"Berdasarkan fakta yang dialami petani SPI di lapangan, HPP saat ini impas dengan biaya produksi yang dikeluarkan para petani, maka segera harus direvisi, dinaikkan," ucapnya.

Untuk jangka panjang, Agus menegaskan pembentukan Badan Pangan Nasional (BPN) tetap dibutuhkan untuk menangani kompleksnya permasalahan pangan di Indonesia.

“Pembentukan BPN penting agar masalah terkait tata kelola pangan di Indonesia ditangani secara holistik. Jangan lupa, pembentukan badan ini merupakan amanat UU Pangan yang disahkan tahun 2012, namun sampai saat ini belum kunjung direalisasikan oleh pemerintah,” kata dia.

 

 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid