Ibu kota pindah, Anies justru usul Rp500 triliun untuk Jakarta
Saat ibu kota akan pindah ke Kalimantan, Gubernur Anies Baswedan justru mengajukan anggaran untuk DKI Jakarta Rp500 triliun.
Saat ibu kota akan pindah ke Kalimantan, Gubernur Anies Baswedan justru mengajukan anggaran untuk DKI Jakarta Rp500 triliun.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan pemerintah akan terus membenahi DKI Jakarta agar menjadi kota yang layak untuk ditinggali. Hal itu dilakukan meski ke depan ibu kota negara akan dipindah ke Kalimantan.
Bambang mengaku baru saja melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan juga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membahas usulan pembenahan Jakarta.
Salah satu poin pertemuan tersebut adalah membahas usulan dana sebesar Rp500 triliun yang diajukan oleh Gubernur DKI Jakarta untuk memperbaiki Jakarta agar menjadi kota yang nyaman, bersih, dan tidak banjir lagi.
"Tadi siang rapat dengan Pak Wapres dihadiri juga dengan Pak Gubernur DKI Jakarta, salah satunya membahas usulan Dari DKI lebih dari Rp500 triliun untuk melakukan pembenahan, baik dari segi transportasi, perumahan, dan air bersih," katanya di Kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (20/8).
Bambang pun mengatakan, ke depan perbaikan Jakarta harus dilakukan agar terus berkembang menjadi kota yang layak huni dan tumbuh menjadi kota bisnis regional.
"Supaya Jakarta tetap akan menjadi more livable city sehingga menarik untuk menjadi kota bisnis di regional. Bisa bersaing dengan Kuala Lumpur, Singapura dan Bangkok," ucapnya.
Bambang menuturkan, kepadatan, kualitas udara yang buruk, sanitasi yang tidak baik, dan ketersediaan air bersih menjadi alasan-alasan kenapa ibu kota harus pindah.
Paling tidak, ucapnya, setiap orang menghabiskan dua jam waktunya di jalan. Menurut Bambang, kondisi seperti ini tidak baik untuk ketahanan keluarga.
"Dengan waktu yang terbuang, opportunity akan hilang karena macet. Quality time dengan keluarga terganggu, itu juga enggak bagus untuk ketahanan keluarga di Indonesia," tuturnya.
Dari segi kualitas udara, Bambang membandingkan ketika dia berada di Papua dengan di Jakarta. Saat di Papua, ia masih bisa melihat langit yang bersih, tetapi tidak di Jakarta.
"Di sini kita sudah menengadah ke atas tapi yang terlihat hanya kabut," katanya.