sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

IHSG ditutup 58 poin zona hijau, di tengah Isu geopolitik Ukraina

Pola pada zona hijau ini karena isu Ukraina masih terkendali.

 Ratih Widihastuti Ayu Hanifah
Ratih Widihastuti Ayu Hanifah Rabu, 23 Feb 2022 16:58 WIB
IHSG ditutup 58 poin zona hijau, di tengah Isu geopolitik Ukraina

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau pada sesi terakhir perdagangan hari ini Rabu (23/02), ditutup menguat 58,06 poin atau 0,85% ke posisi 6.920,056.

Dilansir dari RTI Busniess terdapat 251 saham menguat, 275 saham melemah dan 161 saham stagnan. Transaksi perdagangan mencapai Rp13,1 triliun dari 22,9 miliar lembar saham yang diperdagangkan.

Menurut Founder Analis sekaligus Founder Traderindo.com Wahyu Tri Laksono mengatakan pola pada zona hijau ini karena isu Ukraina masih terkendali.

“Pengukuran Putin soal kemerdekaan Luhansk Donetsk. Ternyata enggak memicu perang hanya ancaman sanksi yang tidak berat sementara ini bagus buat market," kata Wahyu saat dihubungi Alinea.id Sore ini di Jakarta, Rabu (23/2).

Kemudian adalah yang terpenting kata Wahyu, yaitu IHSG masih cenderung bergerak secara aman. “IHSG memang cenderung lebih baik daripada Wallstreet, sejauh ini," imbuhnya.

Belum lagi adanya faktor hal yang paling krusial yaitu, bagusnya fundamental dan teknikal domestik. “Ini kurang berarti jika tekanan keluar kapital sangat besar, dan untungnya kondisi Amerika Serikat (AS) dan Eropa cenderung melemah dan membuat lebih menarik," kata dia.

Sementara itu, pada 7 Februari lalu kepemilikan asing tercatat sebesar Rp895,74 triliun, artinya terjadi inflow sebesar Rp8,46 triliun hanya dalam 7 hari saja di bulan ini.

Dengan demikian, secara year-to-date (ytd) hingga 7 Februari lalu, tercatat capital inflow di pasar obligasi sebesar Rp4,4 triliun. Ada dua masalah besar di luar, pertama isu inflasi dan Yields AS dan Eropa terancam inflasi layaknya era 70-an terkait harga komoditas yang mirip super cycle. 

Sponsored

Apalagi kata dia, Eropa diperburuk dengan masalah natural gas dan geopolitik Ukraina. Lalu secara yield terkait inflasi dan obligasi, ancaman isinya serba salah Saat ini tuntutan kenaikan suku bunga sangat besar tapi Kondisi Yields membuat serba salah dan mirip kondisi 97-98 di mana jika suku bunga naik akan memicu ancaman finansial dan memaksa tuk segera berbalik cut rate.

Kedua, di sisi lain, Sejak awal pandemi,
Wallstreet walau sempat anjlok, justru langsung rebound dan 2020 - 21 selalu mencetak ATH Sedang kan IHSG justru cukup stabil di bawah 6700, level high 2017.
Jelas Wallstreet over valuasi dan rentan bubble burst.

“Jika elemen valuasi didukung better fundamental, maka prinsip air berlaku. Mengalir ke tempat yang rendah. Itulah potensi IHSG dan capital inflow masuk karena aliran valuasi lebih baik," kata Wahyu.

Terkait komoditas bullish Wahyu menegaskan Indonesia sebagai gudang asalnya komoditas memang diuntungkan bahkan bisa menjadi faktor penggeraknya.
Hal ini karena pembatasan pada pasar komoditas mengguncang, lebih banyak kemungkinan bergerak terutama Indonesia. 

“Ya karena kebijakan Indonesia telah mengguncang pasar global dengan pembatasan beberapa ekspor komoditas terbesarnya saat ini," ucapnya.

Kemudian untuk perdagangan Wallstreet masih berat disebabkan karena Indeks utama gagal membuat kemajuan sejak 31 Januari karena hari-hari distribusi menumpuk. Terpantau S&P 500 kembali di bawah SMA 200-hari.

Adapun saham-saham yang masuk top gainers yaitu PT Golden Eagle Energy Tbk. (SMMT) naik Rp96 atau 24,87% ke Rp482, saham PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) naik Rp38 atau 10,92% ke Rp386, dan saham PT Buyung Poetra Sembada Tbk. (HOKI) naik Rp16 atau 10,19% ke Rp173.

Selanjutnya saham-saham yang masuk top losers antara lain, PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI) turun Rp34 atau 7% ke Rp452, saham PT Tanah Laut Tbk. (INDX) turun Rp13 atau 6,99% ke Rp173, dan saham PT PAM Mineral Tbk (NICL) turun Rp6 atau 6,98% ke Rp80.

Berita Lainnya
×
tekid