sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

IHSG terpuruk, BEI minta investor jangan panik jual saham

Saat ini adalah waktu yang tepat untuk membeli saham-saham dengan fundamental bagus.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Jumat, 13 Mar 2020 13:11 WIB
IHSG terpuruk, BEI minta investor jangan panik jual saham

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengimbau investor pasar modal agar tidak melakukan aksi panik jual akibat turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan situasi pelemahan indeks ini terjadi cukup menyeluruh. Tak hanya terjadi di Indonesia.

"Kalau kita lihat ke belakang, kita sudah melarang transaksi short sell, batasan auto rejection juga kita perbarui. Ini agar investor tak ikut-ikutan melakukan aksi jual," kata Inarno, di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (13/3).

Inarno melanjutkan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk membeli saham-saham dengan fundamental bagus. Inarno juga mengatakan pihaknya selalu menjaga koordinasi dengan regulator untuk memantau kondisi saat ini.

"Kami terus memantau. Kalau ada yang pelu kami relaksasi lagi, kami akan relaksasi," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Pengembangan BEI Hasan Fauzi mengatakan tidak ada koordinasi khusus dengan bursa di kawasan regional terkait antisipasi coronavirus.

"Umumnya faktor global yang mendominasi, tapi tentu masing-masing bursa punya ruang untuk menentukan kebijakan mereka," kata Hasan.

Tak sejalan dengan fundamental perusahaan

Sponsored

Diraktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan penurunan harga saham yang terjadi saat ini tak sejalan dengan fundamental perusahaan.

Apabila dilihat dari laporan keuangan kuartal III-2019, lanjut Nyoman, hampir 79% emiten membukukan laba bersih.

"Kalau kita bandingkan, Malaysia hanya 68% emitennya saja yang membukukan laba bersih. Begitu juga Singapura yang hanya 64% emitennya membukukan laba bersih," kata Nyoman.

Nyoman melanjutkan, apabila dilihat secara tahunan atau year-on-year (yoy), laba bersih emiten-emiten yang melantai di BEI masih membukukan pertumbuhan 4% dari tahun 2018.

Adapun sebagai dampak dari coronavirus, Nyoman bilang, perusahaan-perusahaan yang berencana melantai di bursa masih berkomitmen untuk tetap melakukan listing.

"Pipeline yang baru ada 23 saham, tiga Exchange Traded Fund (ETF) dan tiga obligasi," tutur Nyoman.

Berita Lainnya
×
tekid