Impor Juli melonjak 35% jadi US$15,5 miliar
Impor Juli 2019 sebesar US$15,51 miliar atau naik 34,96% dibanding bulan sebelumnya
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan nilai impor Indonesia pada Juli 2019 mencapai US$15,51 miliar atau meningkat 34,96% dibandingkan dengan Juni 2019. Hal tersebut disebabkan kenaikan impor migas dan non migas.
"Besaran masing-masing migas US$35,0 juta atau 2,04% dan non migas sebesar US$3,98 miliar atau 40,72%" kata Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (15/8).
Menurutnya, peningkatan nilai impor migas dipicu oleh adanya kenaikan nilai impor minyak mentah sebesar US$77,9 juta atau 19,11%.
"Tetapi nilai impor hasil minyak dan gas mengalam penurunan masing-masing US$16,5 juta atau 1,52% dan US$26,4 juta atau 12,14%," katanya.
Suhariyanto menjelaskan nilai impor migas berdasarakan penggunaan barang pada Juli 2019 mengalami kenaikan 34,96% atau sebesar US$15,51 miliar.
"Konsumsi naik sebesar 42,15% atau sebesar US$1,46 miliar, bahan baku naik 29,01% atau sebesar US$11,27 miliar, barang modal naik 60,73% atau US$2,78 miliar," jelasnya.
"Tapi kalau kita lihat secara struktur impornya, peran golongan bahan baku/penolong ini mendominasi sebesar 72,65% dari total impor pada Juli 2019, di mana kelompok barang modal 17,92% dan konsumsi 9,43%," lanjutnya.
Suhariyanto memaparkan beberapa golongan barang non migas yang masih meningkat impornya yaitu mesin-mesin/pesawat mekanik, mesin/peralatan listrik, besi dan baja, plastik dan barang dari plastik dan kendaraan dan bagiannya.
"Golongan barang mesin-mesin / pesawat mekanik (HS 84) ini masih paling tinggi impornya sebesar US$901,6 juta," katanya.
Sementara, untuk golongan barang non migas yang turun impornya pada Juli 2019 dibanding Juni 2019, yaitu Susu mentega dan telur (HS 04), kendaraan bermotor/komponen (HS 98), perhiasan dan permata (HS 71) dan Alumunium (HS 76).
“penurunan impor tertinggi terjadi pada kelompok barang alumunium (HS 76), yaitu mengalami penurunan sebesar minus US$122,0 juta," ujarnya.
Suhariyanto menjelaskan impor non migas tertinggi berasal dari negara Tiongkok sebesar US$1.500,0 juta disusul oleh Jepang sebesar US$251,4 Juta dan Italia sebesar US$251,3 juta.
"Yang tertinggi masih tetap negara Tiongkok," ujarnya.
Sementara impor non migas mengalami penurunan yaitu dinegara Ghana sebesar US$-14,1 juta, Finlandia US$-23,9 dan Australia US$-31,5 juta.