sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Incar dana segar, anak usaha Garuda cari investor strategis

Proses pemilihan ditargetkan akan selesai di akhir kuartal I 2018 atau awal kuartal II 2018 setelah seluruh proses dilalui.

Satriani Ariwulan
Satriani Ariwulan Rabu, 24 Jan 2018 12:50 WIB
Incar dana segar, anak usaha Garuda cari investor strategis

Anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF) menawarkan 10% sahamnya kepada investor strategis. Untuk aksi korporasi itu, perusahaan akan meminta restu pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), 6 Maret 2018 nanti.

"RUPS akan digelar di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng pukul 10.00 – 12.00 WIB," ujar Direktur Utama GMF AeroAsia Iwan Juniarto, Jakarta. 

Pemilihan investor strategis itu sudah mulai dilakukan sejak kuartal IV tahun 2017 lalu dan dibantu oleh BNP Paribas sebagai Financial Advisor yang ditunjuk. Kini, GMF melakukan proses due diligence kepada beberapa calon investor strategis yang menjadi kandidat dan sebaliknya. 

"Proses pemilihan ini ditargetkan akan selesai di akhir kuartal I 2018 atau awal kuartal II 2018 setelah seluruh proses dilalui,” ujar Iwan.

Pencarian investor strategis dilakukan di dalam negeri ataupun luar negeri. Kota yang menjadi fokus antara lain Jakarta, Singapura, Hongkong dan Kuala Lumpur. Beberapa investor yang telah menyatakan minat antara lain datang dari Asia dan Eropa. 

Iwan mengatakan pemilihan investor strategis tetap harus mengikuti proses dan prosedur yang sesuai dengan prinsip dari tata pengelolaan perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance. Ditargetkan, perusahaan yang akan menjadi investor strategis tidak hanya mendukung dalam bentuk dana investasi, namun juga bisa melakukan transfer knowledge untuk menambah kapabilitas, membawa pasar dan dapat meningkatkan brand dari GMF.

GMF juga tak hanya memilih perusahaan dengan penawaran terbaik, tetapi juga perlu adanya nilai tambah lain yang akan menguntungkan kedua belah pihak.

Proses pemilihan investor startegis itu dilakukan dengan cermat dan mempertimbangkan berbagai aspek pendukung. Pasalnya, perusahaan maintenance, repair, dan overhaul (MRO) itu sudah menjadi perusahaan terbuka.

Sponsored

"Sehingga keputusan manajemen harus memperhatikan aspek kehati-hatian, keterbukaan, dan senantiasa memperhatikan kepentingan stakeholders dan shareholders,” kata Iwan.

GMF melakukan penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO) pada Oktober 2017. Dalam IPO itu, perusahaan melepas 10% sahamnya ke publik 

Lantas, bagaimana sebenarnya prospek bisnis bengkel pesawat tersebut?

MRO menggenggam sekitar 32% dari total market di Indonesia. Sedangkan sisanya lari ke MRO asing. 

Perusahaan mengambil kue bisnis dari tingginya biaya perawatan pesawat di Indonesia. Di 2017, biaya perawatan domestik mencapai US$ 1 miliar. Angka tersebut diyakini terus tumbuh hingga US$ 1,6 miliar dalam lima tahun ke depan.

Tidak hanya di pasar domestik, GMF juga mengincar peluang pasar global. Biaya perawatan pesawat di global mencapai US$ 74,3 miliar pada 2017 dan akan menjadi US$89,6 miliar dalam lima tahun ke depan.

Angka itu masih akan bertambah dengan adanya potensi penambahan pesawat baru. GMF menghitung jumlah pesawat global diperkirakan tumbuh 5% dalam lima tahun ke depan. Sedangkan pesawat di Indonesia diprediksi tumbuh 9% dalam lima tahun ke depan.

Berita Lainnya
×
tekid