sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Indonesia defisit SDM berlatar belakang TIK

Hanya 20% kampus di Indonesia yang memiliki program studi informatika dengan jumlah mahasiswa 1 juta orang.

 Ratih Widihastuti Ayu Hanifah
Ratih Widihastuti Ayu Hanifah Selasa, 23 Nov 2021 18:36 WIB
Indonesia defisit SDM berlatar belakang TIK

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebut, Indonesia mengalami kelangkaan sumber daya manusia (SDM) di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK). Padahal, memiliki potensi ekonomi digital sebesar Rp1.897 triliun.

"Terdapat estimasi yang cukup besar dari 100.000-600.000 pekerja digital setiap tahun yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan digital ekonomi," kata Plt. Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, Nizam, dalam webinar, Selasa (23/11).

Dirinya menerangkan, sekitar 20% kampus dari total perguruan tinggi di Indonesia sudah memiliki program studi informatika dengan jumlah mahasiswa sekitar 1 juta orang. Pun mencetak sekira 100.000 alumni per tahunnya yang siap pakai oleh industri teknologi informasi (TI).

"Jumlah itu masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan teknologi informasi. Karena itu, kampus harus mempunyai strategi khusus untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa agar bisa siap pakai," jelasnya.

Nizam menambahkan, sejumlah kampus kini sudah bekerja sama dengan perusahaan untuk meningkatkan startegi kemampuan mahasiswa di bidang TIK selain melakukan pertukaran mahasiswa. Langkah tersebut diharapkan mendorong mahasiswa menghasilkan produk yang inovatif untuk meningkatkan taraf perekonomian.

Dia sesumbar, pengerahan tambahan pekerja di bidang TI dapat meningkatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dan lapangan pekerjaan di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi digital.

Pernyataan senada di sampaikan Komisaris Bukalapak, Bambang Brodjonegoro. Dirinya mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi digital yang pesat tak diimbangi SDM yang mumpuni. Indonesia kekurangan 600.000 orang per tahun.

"Pemerintah harus mencari cara untuk bisa mengatasi kesenjangan SDM di sektor ekonomi digital. Salah satunya bisa mengajak kerja sama dengan perusahaan digital dan juga perusahaan rintisan untuk mencari cara tercepat mengatasi kekurangan SDM di ekonomi digital," paparnya.

Sponsored

Bambang menilai, defisitnya SDM mumpuni di bidang ekonomi digital juga dipengaruhi kurikulum pendidikan tidak sesuai perkembangan zaman, banyak lulusan tidak bekerja di sektor TI, dan adanyanya kesenjangan pemahaman antara pendidikan dengan perusahaan.

Dirinya melanjutkan, diprediksi akan terdapat 17 juta SDM di bidang ekonomi digital pada 2030 mendatang. Ada beberapa pekerjaan dan kemampuan yang akan diminati saat itu, yakni back end developer, front end developer, Android developer, full stack developer, dan data scientist.

Berita Lainnya
×
tekid