sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Indonesia dorong Malaysia naikkan komitmen biodesel

Kebijakan biodiesel pemerintah Malaysia saat ini masih sebesar 7,5% untuk bahan bakar nabati (BBN).

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Senin, 05 Nov 2018 20:52 WIB
Indonesia dorong Malaysia naikkan komitmen biodesel

Pemerintah bersama stakeholder industri sawit mengatur strategi untuk kesiapan pertemuan Ministerial Meeting dan Senior Official Meeting (SOM) Dewan Negara Produsen Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC), yang akan berlangsung di Malaysia dalam waktu dekat. 

Menteri Airlangga Hartanto menjelaskan, kebijakan biodiesel pemerintah Malaysia saat ini masih sebesar 7,5% untuk bahan bakar nabati (BBN). Untuk itu, pemerintah Indonesia akan mendorong Malaysia agar menaikkan komitmen biodiesel mereka untuk mengerek harga CPO internasional. 

"Padahal perjanjiannya mereka 10% di 2018 ini. Sehingga tahun depan kita dorong lagi kapan mereka ikut Indonesia menerapkan B20," jelas Airlangga di Kemenko Perekonomian, Senin (5/11). 

Sebagai catatan, CPOPC hanya beranggotakan dua negara yaitu Malaysia dan Indonesia.

Indonesia dan Malaysia juga akan membahas isu bilateral masing-masing negara. Malaysia memiliki kebijakan bilateral dengan India terkait panen awal (early harvest) akibatnya bea masuk untuk produk CPO Malaysia ke India lebih murah sekitar 4% dibandingkan Indonesia. 

Hal itu merugikan daya saing produk Indonesia dalam perdagangan. Seperti diketahui, Malaysia dan India memiliki kebijakan bilateral mengenai bea masuk CPO, dari 44% menjadi 40%. 

Dengan begitu, India sudah tentu akan membeli CPO kepada Malaysia. Padahal, India merupakan pasar terbesar ekspor CPO Indonesia. 

India menerapkan bea masuk yang tinggi untuk melindungi petani kedelai negaranya, sementara Uni-Eropa mulai mengurangi pemakaian biodiesel. "Itu yang membuat posisi Indonesia dan Malaysia berbeda," ujar Ailangga. 

Sponsored

Oleh karena itu, kata Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun, apabila Malaysia menaikkan standar biodieselnya menjadi B20 seperti Indonesia, maka produksi CPO bisa lebih banyak diserap di dalam negeri. 

Implikasinya, harga CPO global akan terkerek naik, mengingat Indonesai dan Malaysia adalah dua negara eksportir utama CPO dunia. 

"Sawit kita saat ini mengalami tingkat harga yang rendah. Ada kemungkinan harga CPO kembali naik karena dua hal. Pertama, penurunan produksi, yang memang musimnya sekarang sejak akhir Oktober-Januari. Kedua, penyerapan lebih banyak di Indonesia dan negara lain," papa Derom pada kesempatan yang sama di Kemenko Perekonomian. 

Senada dengan itu, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Oke Nurwan, mengakui apabila Malaysia menerapkan B20 seperti Indonesia, hal ini bisa menjadi kekuatan kedua negera untuk memerangi serangan terhadap sawit. 

Selain membahas tentang perkembangan pasar sawit dunia, Indonesia dan Malaysia juga akan membahas mengenai pengajuan kenggotaan CPOPC Kolombia. 

Berdasarkan catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), secara year on year, kinerja ekspor dari Januari hingga Agustus mengalami penurunan sebesar 2% atau dari 20,43 juta ton di Januari-Agustus 2017, menjadi 19,96 juta ton pada periode yang sama pada 2018. 

GAPKI juga mencatat, rata-rata harga sawit dunia sepanjang Agustus 2018 hanya US$577,5 per metrik ton dan bergerak di kisaran US$542,5 hingga US$577,5 per metrik ton. 

Rata-rata harga tersebut merupakan yang terendah sejak Januari 2016. Tertekannya harga sawit tak lepas dari tren penurunan harga minyak nabati lain seperti kedelai dan melimpahnya stok minyak sawit di Indonesia dan Malaysia. 
 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid