Indonesia protes ke WTO soal tarif impor biodiesel Uni Eropa

Kementerian Perdagangan akan mengirimkan nota keberatan kepada Uni Eropa atas penerapan tarif bea masuk biodisel antisubsidi sebesar 8%-18%. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menilai hal ini tidak adil dan memberatkan eksportir dalam negeri. 

Enggar menjelaskan nota keberatan tersebut telah dikirimkan paling lambat hari ini. 

"Kita ada batas waktu 15 hari untuk menyampaikan nota,"  kata Enggar saat ditemui di Gedung DPR MPR RI, Kompleks Senayan, Jakarta, Jumat (16/8).

Lebih lanjut, Enggar mengatakan pemerintah mengancam akan melakukan hal serupa terhadap produk susu dari Uni Eropa. Bahkan, Enggar menyebut, Indonesia akan membalas dengan memberlakukan tarif sebesar 20-25%.

Enggar menjelaskan hal tersebut masih menunggu kajian dari peneliti sebelum direalisasikan. 

" Jadi yang pertama itu kan harus ada penelitian dulu karena mereka juga berkaitan dengan antidumping. Kita juga menggunakan measure yang sama," jelas dia.

Enggar menyarankan kepada importir untuk mencari alternatif pemasok dari negara lain selain Uni Eropa. 

"Saya sudah meminta untuk para importir dairy products Indonesia untuk ambil dari sources lain, seperti Amerika Serikat, India, Australia atau New Zealand," ujarnya.

Untuk diketahui, pengenaan bea masuk atas produk biodiesel Indonesia itu mulai berlaku sejak Rabu (14/8) waktu Indonesia atau Selasa (13/8) waktu setempat. 

Uni Eropa mengenakan bea masuk sebesar 8%-18% demi kesetaraan persaingan di pasar dengan produsen asal UE. Tarif bea masuk biodiesel asal Indonesia ini akan berlangsung selama empat bulan ke depan. Komisi Eropa juga membuka peluang untuk memperpanjang kebijakan hingga lima tahun.