sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Inflasi inti diprediksi 4,15% pada akhir 2022, lebih tinggi dari perkiraan awal

Awal mula kenaikan inflasi inti disebabkan lonjakan harga energi dan pangan global.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Rabu, 24 Agst 2022 08:31 WIB
Inflasi inti diprediksi 4,15% pada akhir 2022, lebih tinggi dari perkiraan awal

Inflasi inti saat ini masih terbilang rendah, yaitu 2,86%. Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, memprediksi inflasi inti pada akhir tahun 2022 akan berada di kisaran 4,15%.

Naiknya inflasi ini dipicu dampak rambatan dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi, tarif angkutan, dan harga pangan bergejolak (volatile foods). "Inflasi inti pada akhir tahun ini bisa sedikit lebih tinggi dari 4%, kurang lebih 4,15%," jelasnya dalam keterangannya, Selasa (23/8).

Perry menambahkan, awal mula kenaikan inflasi inti disebabkan lonjakan harga energi dan pangan global. Lalu, menjalar pada kenaikan harga pangan yang menyentuh level 11,47%.

"Kenaikan volatile foods ini tinggi sekali, 11,47%. Padahal, semestinya inflasi volatile foods hanya 5 hingga 6%," imbuh dia.

Inflasi volatile foods juga turut mengerek laju indeks harga konsumen (IHK). Pada Juli 2022, IHK mencapai 4,94%, sedangkan sebulan sebelumnya hanya 4,33%. Kenaikan IHK juga dipengaruhi inflasi harga-harga yang diatur pemerintah (adminstered prices), yang pada Juli 2022 mencapai 6,51%.

Lebih lanjut, Perry menerangkan, kenaikan inflasi administered prices disebabkan kenaikan harga BBM nonsubsidi. Akibatnya, harga tarif angkutan udara turut terkoreksi.

"BBM lain yang nonsubsidi ini mengalami peningkatan dan ini mendorong inflasi administered prices, baik harga BBM maupun rembetannya kepada tarif angkutan, khususnya angkutan udara," jelasnya.

Sebelumnya, BI memperkirakan inflasi inti hingga akhir 2022 tidak mencapai 4%. Ini berdasarkan dampak rambatan dari inflasi administered prices dan inflasi volatile foods.

Sponsored

Untuk mengimbangi lonjakan inflasi inti, BI lantas menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) atau menjadi 3,75% setelah 17 bulan sebelumnya bertahan di 3,5%. Hal tersebut diambil sebagai langkah pre-emptive dan forward looking guna memitigasi risiko peningkatan BBM nonsubsidi dan inflasi volatile food.

Berita Lainnya
×
tekid