sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Inflasi sepanjang 2019 cetak rekor terendah dalam 5 tahun

Rendahnya inflasi pada 2019 dipengaruhi oleh terkendalinya harga-harga bahan pokok.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Kamis, 02 Jan 2020 13:04 WIB
Inflasi sepanjang 2019 cetak rekor terendah dalam 5 tahun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sepanjang 2019 tumbuh sebesar 2,72%, lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 3,13%. 

Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan inflasi pada 2019 bahkan terendah sejak lima tahun terakhir. Dia mengatakan laju inflasi pada 2019 juga menjadi inflasi pertama yang mengalami pertumbuhan di bawah 3% sejak 2012.

"Jadi inflasi 2019 sebesar 2,72% adalah yang pertama sejak 2012 berada di bawah 3%," katanya di kantornya, Kamis (2/1).

Suhariyanto menjelaskan, rendahnya inflasi pada 2019 dipengaruhi oleh terkendalinya harga-harga bahan pokok seperti beras dan cabai merah. Bahkan, kata dia, harga beras sudah tidak menjadi komponen 10 besar penyumbang inflasi pada 2019.

"Karena harga-harga terkendali. Beras enggak muncul di daftar (penyebab inflasi), padahal beras ini bobotnya paling tinggi. Dia muncul di 2018, tapi di 2019 aman karena cadangan di Bulog cukup," ujarnya.

Selain itu, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif angkutan udara pada 2019, berdasarkan data statistik, ternyata tidak berdampak banyak pada kenaikan inflasi. Hal ini terlihat dari harga yang diatur pemerintah dengan kontribusinya terhadap inflasi 2019 cukup rendah, yakni hanya sebesar 0,51%.

Sementara itu, inflasi yang masih tumbuh tinggi hanya pada komponen inti dengan angka sebesar 3,02%. Suhariyanto mengatakan, inflasi inti tersebut cukup memberi peringatan (warning), tetapi masih terkendali.

"Kalau saya lihat inflasi inti masih aman karena target BI 3,1% untuk inflasi inti. Warning boleh, tapi kita akan terus jaga-jaga untuk konsumsi," ucapnya.

Sponsored

Inflasi Desember 2019

Lebih lanjut, Suhariyanto mengungkapkan, inflasi pada Desember 2019 tumbuh sebesar 0,34% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 139,07. Inflasi Desember lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,14%.

Inflasi pada Desember terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,78%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,29%.

Lalu kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,09%; kelompok sandang sebesar 0,05%; kelompok kesehatan sebesar 0,29%;  dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,58%. 

Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah telur ayam ras sebesar 0,08%; bawang merah sebesar 0,07%; ikan segar sebesar 0,02%; beras, bayam, kacang panjang, tomat sayur, jeruk, tomat buah, dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01%. 

Komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi yaitu cabai merah sebesar 0,06%; cabai rawit sebesar 0,03%; daging ayam ras sebesar 0,01%.

Berita Lainnya
×
tekid