Investasi ke sektor industri tak mampu serap tenaga kerja
Investasi yang masuk ke Indonesia pada kuartal III-2019 mencapai Rp205,7 triliun.
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan kemampuan investasi dalam menyerap tenaga kerja semakin rendah dari tahun ke tahun.
Peneliti Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan dari Rp205,7 triliun investasi yang masuk ke Indonesia pada kuartal III-2019, serapan tenaga kerjanya hanya 212.600 orang. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II-2019 yang mencapai 255.300 orang dari Rp200,5 triliun investasi.
"Jadi betul memang saat ini kemampuan. Investasi dalam menyerap tenaga kerja semakin rendah," katanya di Jakarta, Minggu (10/11).
Di sisi lain, Ahmad mengungkapkan telah terjadi pergeseran iklim investasi dalam enam tahun terakhir. Pada 2013, kata dia, investasi yang masuk lebih mengarah ke sektor manufaktur. Akan tetapi, pada saat sekarang ini lebih condong ke sektor jasa.
"Tahun 2013 direct investment masih dominan ke sektor-sektor sekunder atau manufaktur. Tapi lima tahun berselang banyak masuk ke tersier atau jasa,"ujarnya.
Peningkatan investasi di sektor jasa, jelasnya, dipengaruhi oleh meningkatnya sistem keuangan digital yang tumbuh seiring berkembangnya teknologi. Sektor perdagangan digital, teknologi finansial, transportasi online, dan e-commerce tingkat konsumsinya terus meningkat bahkan dua kali lipat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya di batas 5%. Sektor ini pun lebih menarik investor untuk menanamkan modalnya.
Hanya saja, kontribusi investasi pada sektor tersebut lebih kedap terhadap penyerapan tenaga kerja. Lebih jauh, dia mengatakan, kontribusinya terhadap perekonomian juga tidak banyak. Hal ini juga ditopang oleh pertumbuhan industri dalam negeri yang terpukul perang dagang sehingga pertumbuhannya melambat.
"Jelas investor tergiur investasi ke sektor-sektor ini. Jadi tumbuhnya sektor jasa di Indonesia bukan ditopang oleh industri yang kuat. Harusnya kemajuan sektor jasa ditopang oleh industri yang kuat, industri yang kuat disokong oleh SDM berkualitas," ucapnya.
Heri menuturkan, investasi yang masuk ke Indonesia pun belum mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendorong terbukanya lapangan kerja. Hal ini dikarenakan ongkos produksi sebuah barang di Indonesia masih tinggi.
"Investasi banyak masuk, tapi dari investasi yang masuk belum berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena Indonesia tergolong negara yang masih boros modal," tukasnya.