sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Jaga Rupiah, BI beli SBN hingga Rp3 triliun dalam dua hari

BI mengklaim berkomitmen menjaga stabilitas ekonomi dari sisi moneter.

Cantika Adinda Putri Noveria Eka Setiyaningsih
Cantika Adinda Putri Noveria | Eka Setiyaningsih Jumat, 31 Agst 2018 16:37 WIB
Jaga Rupiah, BI beli SBN hingga Rp3 triliun dalam dua hari

Bank Indonesia telah mengeluarkan dana sebesar Rp3 triliun untuk mengintervensi nilai tukar Rupiah melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) pada hari ini dan kemarin.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 16.57 WIB, Rupiah masih diperdagangkan dikisaran Rp14.710 per US$. Sepanjang tahun ini Rupiah telah terdepresiasi sebesar 8,52%. 

Sementara data Yahoo Finance juga memperlihatkan Rupiah masih diperdagangkan dikisaran Rp14.683-14.725 per US$.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, berkomitmen menjaga stabilitas ekonomi dari sisi moneter. Intervensi yang dilakukan BI dalam rangka melakukan stabilisasi Rupiah agar tidak terus melemah. 

"Kami intensifkan atau tingkatkan intensitas untuk melakukan intervensi. Khususnya dalam dua hari ini, Kami meningkatkan volume intervensi di pasar valas," jelas Perry di kantornya, Jumat (31/8).

Selain itu, juga melakukan lelang Fx Swap dengan target Rp400 juta dan diharapkan bisa melebihi target.

Sementara itu, melansir dari Bloomberg, Ekonom ING Groep NV Singapura, Parakash Sakpal menjelaskan, level Rupiah terhadap US$ yang menyentuh Rp14.750 merupakan level terlemah sejak krisis keuangan Asia di 1998. Sementara itu imbal asil obligasi yang naik hingga 10 bps, merupakan level tertinggi sejak 2016. 

"Kendati begitu, performa Rupiah relative lebih baik, apabila dibandingkan dengan mata uang negara berkembang lainnya. Terutama dilihat dari defisit transaksi berjalan," jelas Parkash seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (31/8). 

Sponsored

Selain Turki dan Argentina, negara yang memiliki neraca pembayaran cukup lebar, seperti Indonesia dan India, pasti juga akan mengalami tekanan kepada mata uang dan obligasinya. Kondisi itulah yang membuat Bank Indonesia menaikkan suku bunga hingga empat kali sejak pertengahan Mei 2018, yang menyebabkan kembalinya dana asing ke pasar uang.

Sementara pelemahan nilai tukar Rupiah ternyata mempengaruhi harga saham emiten dari sektor perbankan. Hingga pukul 14.30, penurunan tertinggi terjadi pada saham PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) yang terkoreksi 3,15% ke level harga Rp2.770 per saham. Volume perdagangan mencapai 21,76 juta saham senilai Rp59,85 miliar. 

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) turun 1,57% ke level Rp 3.140 per saham. Volume perdagangan mencapai 68,15 juta saham senilai Rp214,77 miliar. 

Saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) melemah 1,09% menjadi Rp6.775 per saham. Volume perdagangan mencapai 33,36 juta lembar saham. Total transaksi Rp 224,48 miliar.

Saham PT CIMB Niaga Tbk.(BNGA) anjlok 1,06% jadi Rp 925 per saham. Volumr perdagangan mencapai 3,28 juta saham. Total transaksi Rp3,03 miliar.

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) koreksi -0,70% menjadi Rp24.900 per saham. Volume perdagangan mencapai 7,52 juta lembar saham. Total transaksi Rp187,54 miliar.

Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) turun -0,33% ke level Rp7.600 per saham. Volume perdagangan mencapai 14,76 juta lembar saham dan total transaksi Rp110,96 miliar.

Rupiah menyentuh level psikologis baru Rp 14.700/US$ karena koreksi ke atas pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dari 4,1% menjadi 4,2% pada tahun ini. Perbaikan proyeksi ini diartikan pelaku pasar sebagai konfirmasi akan kenaikan suku bunga The Fed menjadi 4 kali tahun ini
 

Berita Lainnya
×
tekid