sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

'Jurus' Kementan menyongsong teknologi 4.0

Perlu peran generasi milenial yang kreatif dan inovatif agar ada peningkatan berbagai hal.

Ghalda Anisah
Ghalda Anisah Selasa, 25 Agst 2020 22:38 WIB
'Jurus' Kementan menyongsong teknologi 4.0

Pandemi coronavirus baru (Covid-19) berdampak besar terhadap dunia, seperti memperbesar ancaman krisis pangan. Pangkalnya, pagebluk membuat ketersediaan pangan masyarakat dan restriksi ekspor pangan global terganggu, termasuk di Indonesia, lantaran pembatasan aktivitas berdampak terhadap produksi pertanian.

Menurut The Economist Intellegence Unit (EIU) dalam Global Food Security Index (GFSI), peringkat ketahanan pangan Indonesia naik dari 65 dari 113 negara pada 2018 dan menjadi 62 di tahun 2019. Di kancah ASEAN berada di peringkat lima dari sembilan negara dan posisi ke-12 di kawasan Asia Pasifik.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementrian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri, menyatakan, pihaknya memiliki strategi yang akan diterapkan pada 2020-2024. Mencakup agenda darurat, jangka menengah, dan jangka panjang. Masing-masing memiliki program berbeda.

"Sehingga, kami memiliki program-program yang kami sebut sebagai cara bertindak yang langsung kita laksanakan secara sinergis," ucapnya dalam Alinea Forum bertajuk "Memperkuat Pertanian kala Pandemi", Selasa (24/8).

Untuk meningkatkan ketahanan pangan, sambungnya, ada empat upaya yang dilakukan Kementan. Dimulai dari peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, serta pengembangan pertanian modern.

Pada era digital, menurutnya, sektor pertanian mesti beradaptasi dengan teknologi 4.0. Untuk itu, perlu peran generasi milenial yang menciptakan inovasi dan ide kreatif. Dengan demikian, ada peningkatan dari berbagai hal.

"Petani kita perlu kita perbaiki dari aspek sumber daya manusia, pengetahuan, jejaring, maupun bagaimana mereka memanfaatkan informasi teknologi maupun sumber daya lainnya di luar kapasitas yang mereka miliki. Sehingga, kami memahami bahwa petani muda perlu kita dorong untuk terjun dalam sektor pertanian" paparnya.

Dalam pelaksanaannya, Kementan telah bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Toko Tani, yang memberikan fasilitas layanan daring (online) dalam distribusi pangan.

Sponsored

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Jamhari, menambahkan, teknologi yang cocok tidak mesti impor. Banyak teknologi rakitan dalam negeri, seperti jamur mikoriza atau Bacillus plus, bahkan ramah lingkungan.

"Aplikasi Bacillus Plus ini sangat produktif untuk meningkatkan keefektivitas pertanian. Namun, belum banyak digunakan di lapangan dan belum bisa diproduksi massal karena harus diuji terlebih dahulu," katanya.

Berita Lainnya
×
tekid