sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kemenkeu optimistis ekonomi di kuartal IV tumbuh 5%

Pertumbuhan di sejumlah negara melambat pada kuartal III-2021 akibat varian Delta. Pada kuartal IV-2021 terdapat indikasi tren yang naik.

 Ratih Widihastuti Ayu Hanifah
Ratih Widihastuti Ayu Hanifah Selasa, 21 Des 2021 14:40 WIB
Kemenkeu optimistis ekonomi di kuartal IV tumbuh 5%

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) optimistis momentum pemulihan ekonomi terus mengalami penguatan sesudah erupsi varian Delta. Untuk tahun 2021, Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal IV akan semakin membaik seiring peningkatan indikator pertumbuhan ekonomi nasional dan efektivitas pengendalian Covid-19.

Optimisme ini harus terus dijaga dengan tetap mewaspadai dan mengantisipasi lonjakan varian baru Covid-19 pada libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

“Kami melihat pertumbuhan ekonomi berkisar pada 3,5-4%, di kuartal keempat pertumbuhannya diprediksi akan di atas 5%. Karena ada akselerasi yang terlihat cukup kuat," jelas  Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa pada Selasa (21/12).

Dia mengatakan bahwa pertumbuhan di sejumlah negara melambat pada kuartal III-2021 akibat varian Delta. Namun pada kuartal IV-2021 terdapat indikasi tren yang menguat. Hal ini tercermin dengan PMI manufaktur yang terus berada pada zona ekspansi.

“Kalau kita lihat Indonesia juga mengalami kenaikan (PMI) tertinggi di ASEAN. Meskipun ada koreksi pada bulan terakhir, namun tetap di atas Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand,” terang Menkeu.

Mobilitas masyarakat terus meningkat dan melampaui level pra-pandemi. Kondisi pandemi yang relatif terjaga dan pelonggaran PPKM mendorong meningkatnya keyakinan masyarakat untuk kembali beraktivitas.

Menkeu mengatakan hal ini nampak pada kegiatan ekonomi masyarakat yang terus menunjukkan peningkatan, terutama untuk kategori retail dan rekreasi serta grosir dan farmasi.

“Indikator dari sisi konsumsi maupun produksi juga menunjukkan adanya pemulihan di kuartal ini. Confidence index kita mengalami kenaikan di 118,5 (Nov 2021), retail sales index kita meneruskan pemulihan sesudah kita terhantam Delta pada bulan Juli yang lalu dan ini menunjukkan sekarang 10,1,” lanjut Menkeu.

Sponsored

Lalu, Mandiri spending index hingga 24 November 2021 terus mengalami kenaikan di angka 120,5. Ini berarti mengindikasikan adanya peningkatan konsumsi. 

”Kinerja impor bahan baku yang masih tumbuh 60,5% menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami aktivitas yang cukup kuat. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi listrik juga menunjukkan adanya akselerasi pada level 14,5 untuk industri dan 5,7 untuk bisnis,"jelas Menkeu.

Sri Mulyani menjelaskan, belanja barang tumbuh hingga 24,4% dari tahun lalu 22,2%. Realisasinya masih tinggi di tahun 2021 bulan November Rp408,9 triliun atau naik 24,5%. Dibandingkan tahun 2020 Rp328,6 triliun setara 22,2%.

"Manfaat keuangan tadi tersebar untuk membantu masyarakat terutama mendapatkan dalam bentuk barang dan jasa, yaitu pengadaan vaksin 284,1 juta dosis senilai Rp26,0 triliun. Bantuan UMKM Rp15,4 Triliun, biaya perawatan pasien Covid-19 senilai Rp49,6 triliun, bantuan sewa anak sekelolah melalui Kemenetrian Agama (Kemenag) menerima dana BOS Rp8,9 triliun dan penyaluran subisidi selisih harga biodiesel sebanyak 6,94 juta kiloliter senilai Rp35,7 triliun langsung kepada masyarakat," kata dia.

Dampak positif dari penguatan ekonomi Indonesia adalah surplus neraca perdagangan yang mencapai US$3.51 miliar pada November 2021. “Kalau diakumulasikan, dijumlahkan antara Januari hingga November 2021, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$34,32 miliar, ini adalah angka tertinggi dalam 14 tahun terakhir," kata Sri Mulyani.

Surplus neraca perdagangan pada November 2021 mencapai US$3.51 miliar. Kenaikan itu didorong ekspor yang mencapai US$22,84 miliar atau miliar ekspor tertinggi selama 21 tahun terakhir. Terutama didorong ekspor nonmigas yang tumbuh 74,8% (YoY). 

Sementara itu, kata dia, untuk impor November 2021 sebesar US$19,33 miliar atau tumbuh sebesar 52,6% (YoY). Ini mengindikasikan terus menguatnya sisi produksi terutama mendukung ekspor. 

“Adapun peningkatan ini di impor migas maupun non migas sejalan penguatan harga komoditas (batubara, bijih tembaga, dan produk kelapa sawit meski mulai melambat) mengindentifikasi perbaikan aktivitas ekonomi dan permintaan jelang Nataru ini," ucap dia.

Untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN) menunjukan angka postif karena kerja keras tetap berlanjut hingga November. Akselarasi belanja negara dan pembiayaan investasi tetap terjaga untuk memberikan manfaat kepada masyarakat.

“Saat ini kita sudah belanja di level Rp2.310,4 triliun, tumbuh 0,1%, pada posisi akhir November atau sampai pertengahan Desember 2021 ini. Belanja K/L tumbuh 10,0 untuk modal proyek infrastruktur dasar/konektivitas peralatan), belanja barang (vaksinasi, klaim perawatan dan batuan produktif), dan penyaluran program bansos. Sedangkan belanja non K/L untuk program subsidi sekitar 4,9%. Di sisi lain investasi juga melonjak sangat tinggi yaitu 278,5% kenaikannya,"jelas Sri Mulyani.

Pemulihan ekonomi yang makin kuat juga terjadi apabila Covid terus terkendali. Presiden dan kabinet meminta seluruh jajaran pemerintah serta masyarakat diharapkan terus menjaga disiplin kesehatan. "Pemulihan bisa lebih kuat, tidak terkendala, sehingga APBN juga bisa disehatkan kembali,” tutup Menkeu.

Berita Lainnya
×
tekid