sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kementan: Tidak ada kompromi bagi importir nakal

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan Kementerian Pertanian sudah menangkap 782 pengusaha nakal.

Laila Ramdhini
Laila Ramdhini Rabu, 08 Mei 2019 15:19 WIB
Kementan: Tidak ada kompromi bagi importir nakal

Kementerian Pertanian (Kementan) berjanji akan menindak tegas pengusaha yang mempermainkan harga, termasuk pengimpor bawang putih. Sejauh ini sudah ada 782 pengusaha nakal yang diproses hukum.

“Tidak ada kompromi. Jangan ada yang bermain-main karena ada Satgas Pangan. Hingga kini sudah ada 782 pengusaha yang kami proses hukum, 56 di antaranya pengimpor bawang putih dan telah masuk daftar hitam,” ujar Amran di Jakarta, Rabu (8/5).

Amran menuturkan, selain mempermainkan harga, ke-56 pengimpor bawang putih yang masuk dalam daftar hitam itu tidak mematuhi aturan wajib tanam dan berproduksi 5% dari kuora impor sesuai Peraturan Menteri Pertanian 38/2018. Karena itu, para pengimpor nakal itu tidak lagi diperbolehkan berbisnis di sektor pertanian.

“Kami konsisten menerapkan kebijakan wajib tanam bagi pengimpor bawang putih sebagai upaya mencapai target swasembada," kata dia. Kementan menargetkan swasembada bawang putih bisa diraih pada 2021.

Hingga hari ke-3 bulan Ramadan, harga bawang putih di beberapa tempat masih belum stabil. Di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (8/5), harga bawang putih berada di kisaran Rp70.000 per kilogram.

Sementara di Kota Palembang dan Kota Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Selasa (7/5), harga bawang putih berkisar antara Rp80.000 per kilogram–Rp90.000 per kilogram.

Selama dua pekan terakhir, harga bawang putih di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, naik dua kali lipat dari sebelumnya dari Rp30.000–Rp35.000 menjadi Rp70.000 per kilogram. Sebaliknya, harga bawang putih di Kota Sukabumi, Jawa Barat, pada hari ketiga Ramadan berangsur turun dari Rp80.000 menjadi Rp60.000 per kilogram.

Bahan pangan aman

Sponsored

Di sisi lain, Amran mengatakan posisi pangan Indonesia semakin baik dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Ia menunjuk data Badan Pusat Statistik bahwa inflasi pangan pada 2014 sebesar 10,56%,  sedangkan pada 2017 turun menjadi 1,26%.
 
“Turunnya inflasi pangan hingga sembilan persen tersebut membuat harga kebutuhan pokok berada di posisi baik dan aman,” kata Amran.
 
Selain itu, lanjut Amran, ekspor beberapa komoditas seperti bawang merah dan jagung juga terus meningkat. "Ekspor kita pada 2014 sebanyak 33 juta ton untuk seluruh komoditas pertanian. Sedangkan pada 2018 mencapai 42 juta ton."
 
Amran optimistis bahwa stok bahan pokok, seperti beras, bawang putih, dan bawang merah memadai, sehingga harga bisa stabil di harga acuan. Stok tersebut juga bisa memenuhi permintaan masyarakat selama Ramadan dan Idulfitri 2019.
 
"Harga beras turun, dan stok ada dua juta ton lebih. Yang naik ekstrem seperti bawang putih, sudah antisipasi beli dua kali lipat dari kebutuhan. Bawang merah juga stoknya lebih dari cukup," kata Amran.

Dalam kesempatan lain, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi meyatakan bakal terus melakukan operasi pasar bahan pangan di beberapa pasar di Jakarta untuk menyelaraskan harga bahan pangan.

"Operasi pasar akan terus dilakukan sampai harga-harga yang di atas harga acuan kembali normal," kata dia.

Di Jakarta, lanjutnya, dari 40 pasar, terdapat tujuh pasar yang memiliki harga telur ayam di atas harga acuan Rp23.000 per kilogram. Salah satunya di Pasar Palmerah, harga telur mencapai Rp25.000 hingga Rp26.000 per kilogram.

"Sesuai arahan, kami harus bandingkan dan menstabilkan ke harga normal karena kalau dibiarkan, tidak kami intervensi, harga akan terus naik," tambah Agung.

Agung menilai kenaikan harga sejumlah bahan pokok di beberapa pasar disebabkan oleh besarnya permintaan konsumen pada  awal bulan Ramadan yang tidak sebanding dengan tenaga dan stok sementara dari produsen. (Ant)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid