sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Keuangan syariah bisa jadi stimulus menuju Indonesia Maju 2045

Digitalisasi ekonomi dan keuangan Islam akan memainkan peranan besar untuk mencapai tujuan tersebut.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Kamis, 29 Okt 2020 15:19 WIB
Keuangan syariah bisa jadi stimulus menuju Indonesia Maju 2045

Digitalisasi sektor keuangan syariah dinilai dapat mengantarkan Indonesia menjadi negara maju dengan penghasilan tinggi pada 2045 sesuai visi-misi presiden.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng mengatakan, hal tersebut dikarenakan luasnya pasar keuangan syariah di Indonesia yang tercermin dari keberadaan 14 bank umum syariah, 20 unit usaha syariah, 163 bank perkreditan rakyat syariah, dan 4.500 lembaga keuangan mikro syariah di seluruh Indonesia.

Belum lagi, Indonesia memiliki 28.000 pesantren dengan lebih dari dua juta siswa. Selain itu, hampir 60% penduduk Indonesia adalah kaum milenial yang sangat paham dengan teknologi digital dan punya banyak ide inovatif.

Dari segi aksesibilitas, sekitar 133% penduduk Indonesia memiliki telepon genggam. Artinya setiap satu orang dapat memiliki lebih dari satu telepon genggam.

"Dengan ini, kami percaya bahwa digitalisasi ekonomi dan keuangan Islam akan memainkan peranan besar untuk mencapai tujuan tersebut. Menjadi negara maju, Indonesia Maju pada 2045," katanya dalam video conference, Kamis (29/10).

Dia pun mengajak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk mulai mengintegrasikan ekonomi dan keuangan Islam dengan pendekatan digitalisasi. Jangan sampai OKI ketinggalan dengan negara-negara berpenduduk nonmuslim.

Sugeng menyoroti peranan sektor keuangan Islam yang mulai banyak dilirik negara-negara nonmuslim seperti Korea Selatan, China, dan Thailand, yang mulai melakukan branding sebagai negara ramah muslim dunia.

Sementara, berdasarkan State of Global Islamic Economic Report 2019-2020, belanja konsumsi ekonomi Islam global di berbagai sektor diperkirakan mencapai lebih dari US$3 triliun pada 2024 atau meningkat 45% dari US$2,2 triliun pada 2018.

Sponsored

"Dengan potensi yang begitu besar, banyak negara yang mengalihkan fokusnya untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan Islam, meski bukan negara mayoritas muslim," ujarnya.  

Adapun, negara-negara tersebut mulai mengembangkan Islam value chain dengan menawarkan sejumlah program seperti media dan rekreasi Islami, pariwisata islami atau muslim-friendly tourism, apotek dan kosmetik halal, keuangan sosial dan komersial Islam, dan seterusnya.

"Negara mayoritas nonmuslim lainnya, seperti China telah menghasilkan sejumlah besar item fesyen muslim. Dan mereka menjualnya melalui platform digital. Untuk itu, negara-negara OKI tidak boleh ketinggalan," ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid