sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kurs rupiah menguat tajam tembus di bawah Rp14.000/US$

Nilai tukar rupiah menguat tajam menembus level psikologis di bawah Rp14.000 per dollar Amerika Serikat.

Sukirno
Sukirno Kamis, 31 Jan 2019 23:30 WIB
Kurs rupiah menguat tajam tembus di bawah Rp14.000/US$

Nilai tukar rupiah menguat tajam menembus level psikologis di bawah Rp14.000 per dollar Amerika Serikat.

Pada perdagangan Kamis (31/1) di pasar spot seperti dikutip dari Bloomberg, kurs rupiah ditutup menguat tajam 1,12% sebesar 158,5 poin ke level Rp13.972,5 per dollar AS.

Sepanjang hari, rupiah bergerak pada rentang Rp13.967,5-Rp14.079 per dollar AS. Tercatat, rupiah telah terapresiasi 2,9% terhadap dollar AS sejak awal tahun.

Sementara itu, pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (31/1) sore menguat sebesar 158 poin ke posisi Rp13.973 dibandingkan sebelumnya Rp14.131 per dollar AS.

Analis pasar uang Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi mengatakan terapresiasinya nilai tukar rupiah dipicu pelemahan dollar AS pasca ditahannya suku bunga acuan oleh The Fed.

"Penguatan rupiah lebih karena sentimen pelemahan dolarnya. Jadi semalam The Fed tidak kasih outlook kenaikan suku bunga dulu di tahun ini karena melihat fundamental ekonomi Amerika sendiri," ujar Dini.

Bank sentral AS itu disebut akan lebih hati-hati menaikkan tingkat suku bunga acuannya yang baru saja ditahan pada kisaran 2,25%-2,5%. Malah, ada kemungkinan suku bunga diturunkan karena level saat ini dinilai sudah mulai tinggi dan sesuai target.

Selain melihat fundamental ekonomi AS sendiri, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell juga menyatakan bahwa isu geopolitik seperti Brexit dan perlambatan ekonomi China, menjadi salah satu pertimbangan bagi bank sentral untuk berhati-hati dalam menaikkan suku bunga.

Sponsored

"Nah, selanjutnya tinggal menunggu rilis data Non Farm Payroll besok malam. Kalau dari data tenaga kerja menunjukkan ada indikasi perlambatan ekonomi, seperti tenaga kerja yang tidak bertambah signifikan atau upah yang tidak naik signifikan, ada kemungkinan dollarnya makin tertekan," ujar Dini.

Data aktual tersebut, lanjutnya, yang akan membuktikan dan menjadi acuan kebijakan moneter The Fed selanjutnya.

Oleh karena itu, kendati rupiah menguat menembus di bawah Rp14.000 per dollar AS, menurutnya rupiah masih harus konsisten dulu untuk penguatan lebih lanjut sebab The Fed sendiri tidak mengkonfirmasi kalau perekonomian mereka melambat, namun hanya bersikap hati-hati.

"Paling tunggu rilis data ekonomi dari dalam negeri, besok kan ada rilis inflasi kita kan. Kalau inflasi kita stabil, ada peluang rupiahnya bertahan. Kalaupun balik ke atas Rp14.000, tidak akan terlalu jauh, cuma koreksi aja. Soalnya penguatan hari ini lumayan tinggi," kata Dini.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi awalnya dibuka menguat Rp14.040 per dollar AS kemudian terus bergerak menguat. Sepanjang hari, rupiah bergerak pada kisaran Rp13.968 per dollar AS hingga Rp14.079 per dollar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari yang sama menunjukkan, mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.072 dibanding hari sebelumnya pada posisi Rp14.112 per dollar AS.

Transaksi investor di pasar modal pada Kamis (31/1).

IHSG turut menguat

Sementara itu, Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (31/1) sore ditutup menguat dipengaruhi pernyataan pejabat The Fed yang dovish atau cenderung longgar untuk kebijakan moneternya.

IHSG ditutup menguat sebesar 68,78 poin atau 1,06% menjadi 6.532,97. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 15,43 poin atau 1,51% menjadi 1.038,97.

Analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji Gusta mengatakan seiring dengan penetapan tingkat suku bunga The Fed sebesar 2,5%, The Fed juga memberikan sinyal tidak akan lebih agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga tahun ini.

"Dovish statement tersebut membuat kinerja IHSG dan rupiah mengalami penguatan," ujar Nafan.

Di sisi lain, stabilitas fundamental makroekonomi domestik yang inklusif dan berkesinambungan turut memberikan efek positif bagi meningkatnya arus modal asing (capital inflow) yang mengalir ke pasar modal Tanah Air.

"January Effect juga berpengaruh pada penguatan IHSG hari ini," katanya.

January effect adalah fenomena cenderung menguatnya bursa saham AS pada Januari. Fenomena tersebut juga menular pada IHSG yang pada awal tahun ini cukup positif.

Dibuka menguat, IHSG relatif nyaman berada di zona hijau sepanjang hari hingga penutupan bursa saham.

Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi beli saham investor asing yang ditunjukkan dengan aksi beli bersih atau net foreign buy sebesar Rp11,54 triliun.

Frekuensi perdagangan saham pada Kamis tercatat sebanyak 505.444 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 23,55 miliar lembar saham senilai Rp28,04 triliun. Sebanyak 231 saham naik, 174 saham menurun, dan 125 saham tidak bergerak nilainya.

Bursa regional, di antaranya indeks Nikkei menguat 216,95 poin (1,06%) ke 20.773,49, indeks Hang Seng menguat 299,62 poin (1,08%) ke 27.942,47, dan indeks Strait Times menguat 15,79 poin (0,5%) ke posisi 3.190,17. (Ant).

IHSG pada Kamis (31/1).

Berita Lainnya
×
tekid