sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Laba bersih PTBA semester I-2020 turun menjadi Rp1,3 triliun

Penurunan laba bersih pada semester pertama tahun ini disebabkan oleh lemahnya permintaan batu bara dan merosotnya harga di pasaran.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Rabu, 30 Sep 2020 12:55 WIB
 Laba bersih PTBA semester I-2020 turun menjadi Rp1,3  triliun

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatat membukukan laba bersih sebesar Rp1,3 triliun pada semester I-2020. Capaian itu turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp2 triliun.

Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengatakan, penurunan laba bersih pada semester pertama tahun ini disebabkan oleh lemahnya permintaan batu bara dan merosotnya harga di pasaran.

"Memang kalau dibandingkan tahun lalu kinerja ini sedikit lebih rendah. Ini dampak dari pandemi Covid-19. Ini tercermin dari lemahnya permintaan dan turunannya harga batu bara," katanya dalam paparan kinerja semester I-2020 PTBA, Rabu (30/9). 

Kondisi saat ini berbeda dengan periode yang sama tahun lalu. Jika tahun lalu permintaan juga melemah, namun harga masih cenderung stabil. 

Arviyan mengungkapkan, pada tahun ini terjadi pelemahan harga batu bara sebesar 20% dari harga normal. Pada Januari harga batu bara masih berada di kisaran US$66 per ton, namun pada Juni anjlok menjadi US$52 per ton.

"Ini juga tidak terlepas dari penggunaan batu bara dari negara-negara lain dan PLN yang berkurang dan berdampak pada keuangan secara tidak langsung," ujarnya.

Namun demikian, tingkat produksi batu bara perseroan sepanjang semester I-2020 masih cukup stabil di angka 11,9 juta ton, atau mendekati tingkat produksi pada periode yang sama pada 2019.

Untuk menekan dampak pandemi Covid-19, perusahaan melakukan berbagai efisiensi agar dapat terus bertahan dan membubuhkan laba di semester II-2020. Namun dengan tidak mengurangi hak dan kesejahteraan karyawan.

Sponsored

"Dengan adanya pandemi kami mempunyai strategi agar survive dan untung dengan efisiensi biaya maupun efisiensi yang terkait dengan organisasi kerjaan. Dan dipastikan langkah efisiensi ini tidak ada pengurangan dan kesejahteraan karyawan," ucapnya.

Sejauh ini, perusahaan telah melakukan penurunan biaya operasional harga pokok penjualan dari Rp6,9 triliun menjadi Rp6,4 triliun.

"Kami turunkan biaya usaha dan harga pokok produksi (HPP) dari Rp6,9 triliun menjadi Rp6,4 triliun. Itu HPP diturunkan dari semester lalu," jelasnya. 

Berita Lainnya
×
tekid