sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Lika-liku IHSG selama setahun bak Roller Coaster

Pada akhir 2018, IHSG diharap dapat kembali ke level penutupan seperti akhir tahun lalu yaitu berada di level 6.300.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Kamis, 27 Des 2018 14:05 WIB
Lika-liku IHSG selama setahun bak Roller Coaster

Dalam setahun terakhir, perdagangan di bursa saham tanah air bagaikan roller coaster. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variatif. Membuka perdagangan pada awal hingga pertengahan tahun, laju IHSG bertahan di atas level 6.300. 

Namun sayang hal tersebut ternyata tak bertahan lama. Sampai di penghujung tahun 2018, nyatanya IHSG semakin menjauhi dari level 6.300.  Meskipun demikian, Direktur Utama Avrist Asset Management, Hanif Mantiq, tetap optimistis pada akhir tahun IHSG dapat kembali ke level penutupan seperti akhir tahun lalu yaitu berada di level 6.300.

"Optimis tentunya IHSG kembali ke level 6.300. Saya rasa masih punya energi dengan di dorongnya sentimen internal seperti window dressing," ujarnya kepada Alinea.id.

Sebelum IHSG mengarah ke laju positif, ada baiknya pembaca mengetahui perjalanan IHSG sepanjang 2018. Dan beginilah lika-liku IHSG sejak awal hingga akhir tahun ini.

Januari

Pada 15 Januari 2018, selasar gedung Bursa Efek Indonesia Tower II lantai 2 roboh. Kejadian ini menyebakan korban luka mencapai 77 orang yang sebagian besar merupakan mahasiswa Universitas Bina Darma Palembang yang sedang melakukan kunjungan ke Gedung BEI. 

Meskipun begitu, perdagangan IHSG tidak terpengaruh. Indeks ditutup menguat 0,19% atau naik sebesar 12,13 poin. Dengan demikian, IHSG berada di level 6.382,19 atau menguat sebesar 3,93% sepanjang Januari 2018.

Februari

Sponsored

Laju IHSG di bulan kedua 2018 juga memiliki catatan positif. Pada 19 Februari 2018, tercatat IHSG sempat kembali memperbarui rekor tertingginya dengan penguatan sebesar 1,48% atau naik 97,71 poin ke level 6.689,29.

Lagi-lagi, penguatan tersebut tak bertan lama. Penguatan IHSG memudar salah satunya disebabkan aksi jual di bursa Asia yang dipicu oleh komentar Gubernur The Federal Reserve, Jerome Powell, lantaran khawatir tentang kenaikan suku bunga lebih dari yang diperkirakan tahun ini. Pada Februari, IHSG tercatat melemah sebesar 0,13% atau 8,41 poin.

Maret

Berbeda dengan Januari dan Februari yang sempat menguat. IHSG di bulan ketiga justru anjlok cukup dalam hingga 6,19% atau 408,23 poin ke level 6.188,98. Tergelincirnya IHSG disebabkan karena neraca perdagangan Indonesia.

Seperti diketahui, meski IHSG sempat menguat pada Februari, namun hal itu tak terjadi pada neraca dagang. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2018 mengalami defisit sebesar US$120 juta. 

April

Pada April 2018, IHSG meninggalkan level 6.000 setelah ditutup melemah 2,8% atau 170,65 poin ke level 5.909,20. Jika diakumulasi, total IHSG melemah sebesar 3,14%.

Pelemahan IHSG dipengaruhi faktor-faktor eksternal seperti suku bunga bank sentral Amerika, The Fed yang terus meningkat , isu perang dagang antara China dan Amerika. Serta kondisi geopolitik Amerika dan Suriah yang sedang memanas beberapa waktu belakangan.

Ilustrasi: Jagartha Advisors

Mei

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2018 sebesar 5,06% secara tahunan atau year on year (yoy) atau naik 0,05% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni sekitar 5,01%. 

Adapun Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Mei 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,50%. Pada 30 Mei, Bank Indonesia mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan yang memutuskan kembali menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate menjadi 4,75%. 

Kenaikan BI 7-day Reverse Repo Rate hinga dua kali berturut-turut dalam sebulan ini dilakukan sebagai respon kenaikan atas IHSG yang mengalami pelemahan. Akibat naiknya suku bunga acuan, akhirnya membuat IHSG berbalik arah menuju level 6.000. 

Juni

Adanya libur lebaran, IHSG terus melemah jauh meninggalkan level 6.000. Bahkan sempat menyentuh level 5.667. Namun, indeks mampu rebound tajam pada perdagangan Jumat (29/6) sebesar 2,33% atau 131,92 poin ke level 5.799,24 setelah Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin menjadi 5,25%. Meski begitu, sepanjang Juni IHSG melemah 3,08%.

Juli

Pada bulan ketujuh tahun 2018, IHSG sempat menyentuh level terendahnya yakni berada di 5.633,94. Meski sempat menyentuh angka terendahnya, namun sepanjang Juli IHSG tercatat menguat hingga 2,37%.

Agustus

Badan Pusat Statistik mencatat ekonomi Indonesia kuartal II 2018 tumbuh sebesar 5,27%. Pertumbuhan kali ini lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu yakni 5,01% (yoy). 

Di saat yang sama, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia juga kembali menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi level 5,50%. Kenaikan BI Rate tersebut nyatanya mampu mengangkat laju IHSG dan rupiah. Khusus untuk IHSG, sepanjang bulan Agustus mampu menguat sebesar 1,38%

September

Di bulan September 2018, pemerintah China dan Amerika Serikat sama-sama memberlakukan putaran tarif baru terhadap produk-produk tertentu. Hal tersebut membuat pertikaian antara kedua Negara kian rumit. Dampaknya pun memukul pertumbuhan ekonomi global. 

Merespon hal itu, Bank Sentral AS pada Rabu (26/9) kembali mengerek suku bunga acuannya atau Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 bps ke level 2%-2,25%. Tak mau ketinggalan Bank Indonesia juga merespon dengan mengadakan Rapat Dewan Gubernur pada Kamis (27/9) dan menayatakan BI 7-Day Reverse Repo Rate naik 25 basis poin (bps) menjadi level 5,75%. Jadi, sepanjang September IHSG melemah sebesar 0,7% 

Oktober

Tensi perang dagang antara AS dan China terus berlanjut. Tak hanya itu, sentimen global lainnya seperti isu ketegangan seputar pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, kekhawatiran mengenai anggaran Italia, hingga langkah Presiden Donald Trump yang tidak dapat diprediksi menjelang pemilu paruh waktu di Amerika Serikat (AS) juga turut mempengaruhi laju IHSG. Tercatat, selama Oktober 2018 IHSG kembali melemah 2,42%.

November

Pada 14-15 November 2018, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75%.

Sementara produk domestik bruto (PDB) tercatat tumbuh 5,17% secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada kuartal III/2018. Alhasil, IHSG mampu pulih dari pelemahan dua bulan sebelumnya dan menguat hingga 3,85% sepanjang November. 

Desember

Pergerakan IHSG diwarnai oleh sentimen eksternal, di antaranya pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China XI Jinping di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires, Argentina. Dalam pertemuan tersebut, menghasilkan kesepakatan ‘gencatan senjata’ perang dagang antar keduanya. 

Selain AS dan China yang memutuskan untuk berdamai, sentimen window dressing di penghujung tahun juga mempengaruhi.  Pada Akhir perdagangan Kamis (26/12), IHSG ditutup melemah 0,58% atau 35,74 poin di level 6.127,850.

Berita Lainnya
×
tekid