sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

LM FEB UI jelaskan penyebab rendahnya daya saing Indonesia

Terdapat empat faktor utama yang membuat daya saing Indonesia merosot. 

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Jumat, 17 Jul 2020 07:33 WIB
LM FEB UI jelaskan penyebab rendahnya daya saing Indonesia

Berdasarkan penilaian International Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness Yearbook (WCY) 2020, terdapat empat faktor utama yang membuat daya saing Indonesia merosot. 

Managing Director Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) Toto Pranoto, mengatakan Indonesia mengalami penurunan peringkat pada keempat komponen utama, yaitu kinerja perekonomian, efisiensi pemerintahan, efisiensi bisnis, dan infrastruktur.

"Peringkat kinerja perekonomian Indonesia di 2020 berada pada posisi 26, sedikit menurun dibandingkan  2019 di posisi 25," kata Toto dalam keterangan resmi, Kamis (16/7).

Dia melanjutkan, peringkat efisiensi pemerintahan juga mengalami penurunan dari posisi 25 pada 2019 menjadi 31 di 2020. Peringkat infrastruktur Indonesia juga beranjak dari posisi 53 di 2019, menjadi posisi 55 pada 2020. 

"Di sisi lain, komponen yang mengalami penurunan paling drastis adalah efisiensi bisnis yang menurun dari peringkat 20 di 2019 menjadi 31 pada 2020," ujarnya.

Berdasarkan lembaga yang sama, juga disebutkan peringkat daya saing Indonesia turun ke posisi 40 dari 63 negara. Posisi peringkat Indonesia di 2020 mengalami penurunan dari posisi sebelumnya 2019 yaitu di peringkat 32. 

Walaupun secara total peringkat Indonesia mengalami penurunan, tetapi berkaca pada peringkat di negara Asia Pasifik, Indonesia tetap berada pada posisi 11 dari 14 negara, di atas India dan Filipina.

Sementara itu Koordinator Riset IMD WCY Willem Makaliwe, menjelaskan, dari berbagai faktor yang membuat daya saing Indonesia merosot tajam tersebut, ada beberapa aspek yang menjadi pendorong perekonomian nasional, yaitu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), kestabilan harga bahan bakar, dan pertumbuhan investasi.

Sponsored

Sedangkan, pada komponen efisiensi pemerintahan, lanjutnya, menjadi aspek yang menjadi faktor kekuatan dalam mendorong perekonomian nasional, meliputi penerimaan pajak dan peningkatan jaminan sosial.

Adapun pada komponen efisiensi bisnis, faktor yang menjadi kekuatan adalah pada upah buruh yang cukup kompetitif, remunerasi profesional, serta akses pada layanan keuangan.

"Dan untuk penilaian komponen Infrastruktur, faktor yang menjadi kekuatan adalah di komponen biaya telekomunikasi seluler dan rasio pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT)," ujar Willem.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid