Medco raih laba kotor US$ 319,8 juta pada semester I-2018
Lebih dari 95% pendapatan semester I-2018 diterima dalam dollar AS, dan sekitar 60% dari pengeluaran dibayarkan dalam rupiah.

PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) meraih laba kotor sebesar US$ 319,8 juta pada semester I-2018 atau tumbuh 61,5% dibanding periode semester I-2017.
"Kinerja operasional yang kuat dan fokus terhadap biaya produksi memungkinkan kami memanfaatkan komoditas yang menguntungkan saat ini," ujar CEO MedcoEnergi, Roberto Lorato dalam keterangan tertulisnya, Jumat (3/8).
EBITDA semester I-2018 tercatat sebesar US$ 301,3 juta, atau 50,4% lebih tinggi dari semester I-2017. Kinerja Medco didorong oleh membaiknya harga komoditas dan volume yang stabil, bersamaan dengan telah dikonsolidasikannya Medco Power.
Adapun Medco Power Indonesia telah menggalang dana sebesar Rp 1,2 triliun melalui obligasi konvensional dan obligasi syariah sebelumnya.
Dari sisi pendapatan bersih selama semester I-2018, perusahaan mengalami penurunan menjadi US$ 41,4 juta, lebih rendah 35% dari semester I-2017. Meski kinerja minyak dan gas meningkat, penurunan ini disebabkan adanya kerugian dalam afiliasi pertambangan dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) yang mulai menggiatkan pengembangan tahap tujuh dari tambang Batu Hijau.
Roberto menjelaskan, lebih dari 95% pendapatan semester I-2018 diterima dalam dollar AS, dan sekitar 60% dari pengeluaran dibayarkan dalam rupiah.
Sekadar informasi, Amman saat ini sedang dalam proses penunjukan kontraktor front end engineering and design untuk pembangunan smelter.
Sedangkan efisiensi di pengeboran dan proyek pengembangan serta penangguhan biaya yang didukung dengan kurs nilai tukar dollar AS, memberikan dampak positif pada kinerja Medco di akhir Juni lalu.
Sementara, pada semester I-2018, rata-rata produksi minyak dan gas adalah 82,4 mboepd, lebih rendah dari semester I-2017 karena penyesuaian permintaan pasar gas. Perseroan mempertahankan estimasi produksi sepanjang tahun 2018 sebesar 85 mboepd dengan kapasitas produksi yang dimiliki hingga 100 mboepd, menyesuaikan permintaan dari para pelanggan gas.
Harga minyak dan gas masing-masing meningkat 35% dan 9% menjadi US$ 66,8 per bbl dan US$ 6 per mmbtu, dan harga rata-rata penjualan listrik naik 56% menjadi 4,19 ¢/kwh.
"Dengan selesainya Sarulla tahap satu yang memasuki operasi komersial dan Aceh dalam tahap commissioning, kami memasikan kelancaran operasi kedua proyek tersebut agar terus memberikan hasil yang semakin baik," pungkas Roberto.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Mewujudkan e-commerce inklusif bagi penyandang disabilitas
Kamis, 30 Nov 2023 16:09 WIB
Potret kebijakan stunting dan pertaruhan Indonesia Emas 2045
Senin, 27 Nov 2023 16:01 WIB