sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menengok omzet emiten telekomunikasi

Berikut ulasan kinerja tiga emiten telekomunikasi, yakni XL Axiata, Indosat, dan Telkom Indonesia.

Eka Setiyaningsih Laila Ramdhini
Eka Setiyaningsih | Laila Ramdhini Minggu, 30 Des 2018 16:12 WIB
Menengok omzet emiten telekomunikasi

Pendapatan perusahaan penyedia layanan telekomunikasi, PT XL Axiata Tbk. (XL Axiata), tumbuh 6% pada kuartal III-2018 dibanding kuartal sebelumnya. 

Pertumbuhan pendapatan selaras dengan pertumbuhan pendapatan layanan data yang meningkat sebesar 6% dibanding kuartal sebelumnya.

Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengatakan perseroan menerapkan strategi transformasi bisnis yang lebih kuat sepanjang tahun ini.

"Terbukti XL Axiata masih mampu untuk meningkatkan kinerja perusahaan di tengah persaingan industri yang semakin dinamis. Meski pun semester I tahun ini cukup berat, kami tetap mampu meningkatkan pendapatan di kuartal III sebesar 6% dibandingkan kuartal sebelumnya," kata Dian dikutip dari laman XL Axiata.

Ada pun pendapatan layanan data menjadi penyumbang terbesar dari total pendapatan layanan XL Axiata saat ini, yaitu sebesar 80%. Porsi dari pendapatan layanan data menggemuk dari sebelumnya 71% pada kuartal yang sama tahun lalu.

XL Axiata juga membukukan pendapatan (revenue) sebesar Rp16,9 triliun selama sembilan bulan terakhir. Meski demikian, jika dibandingkan tahun lalu tidak terjadi pertumbuhan pendapatan. Sementara, untuk neraca XL Axiata tetap kuat dengan utang bersih terhadap EBITDA di 1,5 kali.

Meski mencatatkan pertumbuhan pendapatan kuartalan, emiten dengan kode EXCL ini juga mencatat kerugian sebesar Rp144,81 miliar di kuartal III-2018. Pada periode yang sama tahun lalu EXCL mencatat laba sebesar Rp238 miliar.

Sepanjang Januari-September 2018 EBITDA turun 1% secara year on year (yoy) menjadi Rp6,2 triliun karena adanya pengeluaran yang lebih tinggi untuk biaya proses pendaftaran SIM prabayar. Meski demikian, EBITDA kuartal ketiga ini meningkat 9% dari kuartal sebelumnya seiring membaiknya kondisi industri. 

Sponsored

XL Axiata juga telah melakukan pembayaran kembali pinjaman bank sebesar Rp1,5 triliun, pinjaman US$50 juta, dan Rp1,04 triliun untuk sukuk melalui kombinasi pendanaan kembali dan dana internal. Per 30 September 2018, seluruh pinjaman eksternal XL Axiata dalam dollar AS sepenuhnya telah dilindungi (fully hedged) hingga jatuh tempo. 

Dian menekankan pihaknya memang tengah berupaya mengurangi paparan risiko fluktuasi kurs. EXCL dinilai wajar jika ingin mengurangi utang dollar AS. Sebab, kinerja keuangan EXCL selama sembilan bulan tahun ini tertekan oleh rugi kurs.

Pada kuartal III-2018, rugi kurs EXCL lompat 23 kali lipat menjadi Rp 445,2 miliar dari sebelumnya hanya sebesar 19,59 miliar. Akibatnya, EXCL menderita rugi Rp 144,81 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan ini membukukan laba bersih Rp238,06 miliar.

Group Head Corporate Communication XL Axiata Tri Wahyuningsih mengungkap, EXCL mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp7 triliun hingga akhir 2018.

Menurut Tri, belanja modal yang terserap hingga kuartal III-2018 mencapai sekitar Rp3,728 triliun. "Mayoritas digunakan untuk pembangunan infrastruktur jaringan (perluasan coverage, peningkatan kapasitas), dan juga untuk IT," kata Tri saat dihubungi pada Minggu (30/12).

Meskipun enggan menyebutkan nilai capex 2019, Tri menjelaskan perseroan sudah menyiapkan berbagai strategi untuk 2019.

Pertama, menggenjot bisnis layanan data, dengan terus meningkatkan dan memperluas pembangunan infrastruktur bisnis layanan data di berbagai wilayah di Indonesia. 

Saat ini layanan data EXCL mencakup 3G dan 4G. Layanan ini telah menjangkau lebih dari 420 kota di Indonesia termasuk 387 kota/kabupaten yang sudah terlayani dengan layanan 4G.

Kedua, meningkatkan kemitraan dengan beberapa mitra penyedia smartphone untuk mendorong percepatan penggunaan layanan 4G di masyarakat, sehingga bisa semakin meningkatkan pertumbuhan bisnis layanan data. 

Ketiga, terus fokus untuk menyasar pasar melalui pendekatan dual-brand strategi XL dan Axis untuk target segmen yang berbeda-beda dengan value proposition yang menarik.

"Kami juga mulai mempersiapkan dan merintis bisnis internet cepat untuk perumahan (home fiber) XL Home," katanya.

Sementara itu, PT Indosat Tbk. (ISAT) merugi hingga triliunan rupiah pada kuartal III-2018 dari sebelumnya laba. 

Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan Indosat membukukan rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai Rp1,53 triliun.

Perolehan itu berbanding terbalik dengan capaian laba yang diraup pada periode Januari-September 2017 senilai Rp1,09 triliun. 

Jika ditelisik lebih dalam, terpuruknya kinerja perusahaan ini lantaran koreksi pendapatan yang cukup besar. Total pendapatan perseroan anjlok 25% menjadi Rp16,77 triliun dari Rp22,56 triliun.

Pada periode Januari-September 2018, tekanan terbesar Indosat terjadi pada pendapatan selular yang merosot 29,6% year-on-year (yoy). Pendapatan selular Indosat mencapai Rp13,17 triliun dari tahun sebelumnya Rp18,73 triliun.

EBITDA perseroan masih tertekan dengan anjlok 47,9% menjadi Rp5,2 triliun dari Rp9,9 triliun pada kuartal III-2017. 

Secara keseluruhan, jumlah pelanggan selular anjlok 33,9% dari 97 juta menjadi 64,1 juta. Penurunan terdalam terjadi pada pelanggan prabayar sebesar 34,6% yoy menjadi 95,8 juta dari 62,6 juta.

Emiten lainnya, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) mencatat penurunan laba hingga 20,59% pada kuartal III-2018. Emiten pelat merah ini meraup laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 14,23 trilliun. Angka ini turun dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 17,92 trilliun.

Penurunan laba tersebut paling besar disebabkan dengan naiknya beban operasional pemeliharaan dan jasa telekomunikasi Rp33,43 triliun dari sebelumnya Rp27,110 trilliun. Alhasil, margin laba kotor TLKM hanya 29,68%, turun dari 36,69% pada sembilan bulan pertama tahun lalu.

Berdasarkan laporan keuangan TLKM, kenaikan beban operasional paling besar disebabkan oleh operasi dan pemeliharaan Rp17,49 trilliun, sementara beban pokok jasa teknologi informatika Rp3,851 trillun.

Di sisi lain, pendapatan data, internet, dan jasa teknologi informasi mencatat kenaikan di tengah penurunan segmen lain. Pendapatan segmen ini mencapai Rp58,58 triliun, naik 11,56% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp52,51 triliun.

Porsi pendapatan data, internet, dan jasa teknologi informasi ini mencapai 59% dari total pendapatan TLKM. Porsi ini pun naik dari sembilan bulan pertama tahun lalu 54,13%.

Hingga kuartal III-2018, aset Telkom mencapai Rp204,89 triliun. Angka ini lebih tinggi ketimbang aset pada Desember 2017 senilai Rp198,48 trilun.

Berita Lainnya
×
tekid