sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menkeu: Kondisi ekonomi kuartal III-2022 masih resilien dan kuat

Meski begitu, masih tetap diperlukan penguatan koordinasi dalam mewaspadai perkembangan risiko global.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Rabu, 02 Nov 2022 20:44 WIB
Menkeu: Kondisi ekonomi kuartal III-2022 masih resilien dan kuat

Sejumlah institusi internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia akan mengalami koreksi ke bawah. World Economic Outlook International Monetary Fund (IMF), misalnya, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia 2022 hanya 3,2% dan melemah pada tahun depan menjadi 2,7%.

Kendati demikian, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, menyatakan, kondisi ekonomi Indonesia masih relatif resilien dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2022 tetap di 5,3%. Adapun proyeksi tahun depan di angka 5%.

Pada konferensi pers Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Oktober lalu, dirinya menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kuat karena didukung neraca perdagangan, konsumsi rumah tangga, investasi, dan penerimaan negara tinggi.

"Ini memperlihatkan pemulihan ekonomi yang terus terjaga, kontribusi harga komoditas yang masih di level relatif tinggi, serta dampak positif dari berbagai kebijakan pemerintah," katanya dalam keterangannya, Rabu (2/11).

Dalam laporannya, Sri menyebut, penerimaan pajak hingga September 2022 mencapai Rp1.310,5 triliun atau setara 88,3% dari target. Kemudian, mayoritas jenis pajak juga menunjukkan kinerja yang baik karena beberapa di antaranya hampir mendekati target 100% dari pagu.

Meski begitu, dia bilang, masih tetap diperlukan penguatan koordinasi dalam mewaspadai perkembangan risiko global, termasuk menyiapkan respons kebijakan.

"Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2022 kita sudah menaikkan targetnya, tapi mungkin akan tetap lebih tinggi lagi. Optimisme penerimaan pajak yang sangat tinggi ini menggambarkan harga komoditas masih bagus, pertumbuhan ekonomi Indonesia momentumnya sangat menggeliat yang menimbulkan penerimaan pajak, dan juga implementasi dari undang-undang HPP kita yang cukup baik," urainya.

Menkeu menambahkan, pertumbuhan penerimaan pajak 28% pada September 2022. Ini terbilang tinggi. Namun, jika dibandingkan dengan empat bulan terakhir, levelnya tergolong rendah.

Sponsored

Menurut Menkeu, tren yang menurun ini patut diwaspadai. Potensi risiko juga perlu diantisipasi dan dimitigasi guna menjaga peran APBN yang waspada, antisipatif, dan responsif dalam menghadapi ancaman dan risiko global yang tidak pasti.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, mengatakan, kemungkinan besar realisasi penerimaan negara akan jauh melampaui target bahkan bisa mencapai 110%. Alasannya, penerimaan pajak domestik maupun perdagangan internasional mengalami peningkatan tajam. Manufaktur juga turut berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara.

"Dari data perdagangan ekspor impor kita, value-nya memang naik, ya, karena harga-harga tahun ini untuk komoditas andalan ekspor kita naiknya luar biasa. Bahkan, batu bara itu sampai sekarang masih sangat tinggi," ucapnya.

"Sebetulnya tidak melulu dari harga komoditas saja. Beberapa manufaktur itu juga meningkat ekspornya, terutama manufaktur yang dikendalikan oleh investasi di industri hilirisasi tambang. Salah satu manufaktur yang masih terus tinggi, terutama di ekspor logam dasar. Jadi, ada dua, ya, harga komoditas yang paling utama, tapi yang manufaktur khususnya yang logam dasar itu memang masih tinggi sekali. Ekspornya saja tentu mempengaruhi penerimaan," imbuh Faisal. 

Berita Lainnya
×
tekid