Menperin optimistis manufaktur menggeliat pada 2019
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis 2019 ini geliat investasi di Tanah Air, akan kembali meningkat dibandingkan 2018 lalu.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis 2019 ini geliat investasi di Tanah Air, akan kembali meningkat dibandingkan 2018 lalu.
Hal ini dilatarbelakangi oleh kestabilan kondisi perekonomian dan politik di Tanah Air yang mendukung iklim investasi kondusif serta komitmen pemerintah memberikan kemudahan perizinan usaha.
“Jadi, outlook di 2019, kami optimis bahwa investasi akan meningkat dibanding tahun lalu. Meskipun di kuartal terakhir kemarin, ada turbulence ekonomi dengan fluktuasi currency dan trade war. Tetapi sekarang terihat jelas bahwa optimisme sudah terbangun,” kata Airlangga di Jakarta, Rabu (6/2).
Bahkan Airlangga menyebut, investasi di sektor industri pada sejumlah proyek-proyek utama, misalnya di sektor petrokimia dan baja, secara berangsur mulai masuk lagi ke Indonesia.
“Misalnya, Lotte yang telah groundbreaking, itu akan selesai pada tahun 2022 untuk menambah satu juta ton produk plastik dan turunannya,” ujarnya.
Selain itu, klaster industri baja di Cilegon sedang ditargetkan mampu produksi sebanyak 10 juta ton pada tahun 2025. Menurutnya, hal ini tidak terlepas adanya kolaborasi antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dengan sejumlah produsen baja skala global seperti Posco, Nippon Steel, Osaka Steel, dan Sango Corporation.
Melalui peningkatan investasi dan ekspansi tersebut, kata dia, terjadi pendalaman struktur di industri baja dan substitusi produk impor. “Sebab, selama dua dekade lalu, investasi petrokimia dan baja ini terhenti. Nah, sekarang mulai bergerak kembali. Selain kapasitas klaster Cilegon bertambah, di klaster Jawa Timur juga terjadi dari divestasi Freeport yang masuk bikin copper smelter,” jelasnya.
Kemudian, perusahaan-perusahaan smelter nikel di kawasan industri Sulawesi Tengah, sudah mampu ekspor senilai US$5 miliar dan mengalami kenaikan hingga 78% ke pasar Amerika Serikat. “Ini menandakan minat ekspansi di sektor industri tidak hanya dari investor dalam negeri, tetapi juga luar negeri,” imbuhnya.
Adapun ekspor perdana smarthome router ke Amerika Serikat yang dilakukan oleh PT Sat Nusapersada Tbk. di Batam, juga mengindikasikan adanya gairah industri di Indonesia selain di China dan Vietnam.
“Tahun ini, akan segera direalisasikan investasi dari sektor industri pertokimia, otomotif dan baja sehingga nantinya timbul bandwagon effect terhadap investor-investor lainnya,” ujarnya.
Dengan demikian, Menperin Airlangga turut memacu perjanjian kerja sama komprehensif dengan negara-negara potensial. “Contohnya, mempercepat CEPA dengan Uni Eropa, yang akan mendorong industri otomotif Jerman untuk investasi lagi di Indonesia,” katanya.
Menperin meyakini, prospek industri tesktil, pakaian, dan alas kaki bakal tumbuh positif pada tahun 2019. Sebab, ada beberapa perusahaan yang akan merelokasi atau memindah ordernya ke Indonesia seiring terjadi perang dagang AS-China. “Jadi, peluangnya kepada Indonesia terus meningkat,” jelas Airlangga.
Lebih lanjut, Menperin akan fokus menggenjot investasi di lima sektor yang menjadi prioritas dalam making Indonesia 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronika. Namun demikian, sektor lain juga dipacu seperti industri pulp dan kertas serta baja. “Tahun ini, pabrik rayon segera beroperasi di Sumatra Selatan dan Riau,” pungkasnya.