sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menperin ungkap strategi pertumbuhan industri pada 2022

Berbagai program dan kebijakan strategis yang mendukung laju kinerja sektor industri digulirkan guna menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Hermansah
Hermansah Kamis, 07 Okt 2021 20:52 WIB
Menperin ungkap strategi pertumbuhan industri pada 2022

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis pertumbuhan industri pada 2022 akan mampu menyentuh di angka 5%-5,5%, apabila tidak terjadi gelombang besar kasus Covid-19 di Tanah Air. Oleh karena itu, berbagai program dan kebijakan strategis yang mendukung laju kinerja sektor industri terus digulirkan guna menciptakan iklim usaha yang kondusif.

“Untuk tahun ini targetnya (pertumbuhan industri) sebesar 4,5%-5%, sedangkan tahun depan 5%-5,5%,” kata Menperin di Jakarta, Kamis (7/10). Pada triwulan II-2021, sektor industri manufaktur berhasil mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,91%, meskipun di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19.

“Tentunya kita berharap laporan triwulan III-2021 yang akan dirilis awal Oktober 2021 ini akan terus menumbuhkan optimisme bagi kita untuk menjalankan pembangunan di sektor industri manufaktur,” terangnya.

Menperin menegaskan, pihaknya tetap fokus menjalankan program dan kebijakan unggulan yang dapat menopang performa sektor industri. Misalnya, pelaksanaan program substitusi impor 35% pada 2022. Upaya strategis ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor sekaligus mendorong penguatan struktur industri manufaktur di dalam negeri.

“Strategi ini ditempuh guna merangsang pertumbuhan investasi di sektor industri substitusi impor dan peningkatan utilitas industri domestik,” tutur Menperin. Kebijakan tersebut akan didukung dengan optimalisasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, awalnya terdapat lima sektor yang menjadi prioritas pengembangan dalam kesiapan memasuki era industri 4.0. Namun, di tengah pandemi Covid-19, Kemenperin menambahkan dua sektor lagi untuk menopang perekonomian nasional.

Ketujuh sektor potensial itu adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, kimia, alat kesehatan, serta farmasi,” sebutnya. Aspirasi besarnya, dari kinerja tujuh sektor tersebut, Indonesia bisa menjadi bagian dari 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada 2030.

“Target yang ditetapkan itu masih realistis untuk diwujudkan,” tegasnya. Menperin menambahkan, capaian substitusi impor hingga saat ini pada sejumlah direktorat yang membawahi sektor-sektor prioritas tersebut masih berada pada jalur yang benar untuk mencapai target.

Sponsored

“Kami terus memantau dan mengevaluasi capaian substitusi impor ini, karena semua sektor sudah diberikan targetnya masing-masing. Kemudian, mencari solusi atas beberapa kendala yang dihadapi. Apabila, program ini bisa tercapai sesuai target secara kuantitatif, kami optimis target pertumbuhan industri sebesar 5%-5,5% pada tahun depan bisa terwujud,” paparnya.

Agus mengemukakan, kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas terhadap PDB nasional pada triwulan II-2021 sebesar 17,34%. Adapun lima kontributor terbesar sektor industri terhadap PDB nasional adalah industri makanan dan minuman, industri kimia, farmasi dan obat, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, industri alat angkut, serta industri tekstil dan pakaian jadi.

Sementara itu, data Bank Dunia menunjukkan bahwa sepanjang  2020 saat pandemi Covid-19 menjangkit di seluruh negara dunia, Indonesia masih mampu mempertahankan status sebagai negara industri atau manufactured based dengan kontribusi sektor (migas dan nonmigas) terhadap PDB nasional melampaui 18%.

“Berbagai langkah dilakukan Kemenperin untuk meningkatkan nilai tambah di sektor industri, antara lain adalah mendorong hilirisasi, substitusi impor, dan mendorong industri dalam negeri sebagai bagian rantai pasok global,” ungkap Agus.

Hasilnya tercermin dari data nilai tambah manufaktur (Manufacturing Value Added/MVA) Indonesia yang mencapai US$281 miliar atau tertinggi dibanding negara-negara ASEAN lainnya.

Berita Lainnya
×
tekid