sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Nasib bank bisa seperti dinosaurus

Seluruh sistem keuangan dan perbankan, baiknya dapat menggunakan teknologi terkini agar nasibnya tidak seperti dinosaurus.

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Kamis, 15 Nov 2018 13:20 WIB
Nasib bank bisa seperti dinosaurus

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengimbau bank mengikuti tren teknologi yang ada. Apabila tidak mampu mengikuti zaman, bank bisa punah seperti dinosaurus. 

Dalam acara Indonesian Banking Expo (IBEX) 2018 di Jakarta pada Kamis (15/11), Menteri Sri Mulyani mengatakan, Perhimpunan Bank Nasional atau Perbanas harus memahami perubahan teknologi dan menyerapnya. Seluruh sistem keuangan dan perbankan baiknya dapat menggunakan teknologi terkini agar nasibnya tidak seperti dinosaurus.

Perubahan teknologi bisa menjadi solusi, namun juga bisa menimbulkan ekses negatif. Makanya, saat memasuki industri 4.0 perbankan dengan teknologi bisa menciptakan solusi dan opsi akselerasi pembangunan di Indonesia. Apalagi saat ini, inklusi keuangan sangat penting ditengah era yang serba digital. 

"Berdasarkan global findex, Indonesia dari inklusi keuangan telah mengalami peningkatan dari 36% ke 48,9%. Meskipun tertinggal dengan India, tapi kita sudah meningkat besar," ujar Menteri Sri Mulyani. 

Meski dinilai sebagai hal yang positif, namun masih ada 50% masyarakat yang belum terpenetrasi ke dalam dunia digitalisasi. Pondasi ekonomi dalam negeri yang disebut Menkeu kuat dapat mendorong masyarakat yang belum tersentuh jasa keuangan bisa mengaksesnya secara digital. 

"Oleh karena itu fokus untuk membangun infrastruktur, baik infrastruktur yang hard atau soft infrastruktur. Agar masyarakat bisa akses digital, sehingga teknologi menjadi penting," klaim Sri Mulyani. 

Ketua Umum Perbanas Kartika Wirjoatmodjo menambahkan di Indonesia pengguna internet tumbuh dengan pesat. Pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 145 juta pengguna atau 53% dari jumlah penduduk. 73% dari total penggunaan internet itu diakses menggunakan mobile phone

Sebagai dampaknya terhadap industri keuangan kata dia, nasabah saat ini memiliki kecenderungan untuk melakukan transaksi melalui channel digital. Nah, industri perbankan harus bertindak sebagai katalis dan menjadi pendorong proses dan kegiatan inovasi baik secara eksternal yang terkait dengan customers seperti aplikasi, produk, dan layanan, maupun secara internal seperti proses otomasi dan data analitik. 

Sponsored

Gandeng fintech

Di sisi lain, booming industri financial technology atau fintech sempat dikhawatirkan bakal bersaing dengan bank dalam hal penyaluran kredit. Namun Kartika justru mengatakan kalau perbankan justru lebih terbuka untuk berkolaborasi dengan industri fintech. 

Bank dan fintech memiliki satu tujuan untuk memperluas inkluasi keuangan sehingga memberikan akses kemudahan kepada masyarakat untuk memberikan proses pembayaran dan pinjaman. Terutama di area-area yang bank tidak bisa menjangakau. 

"Harapannya ini bisa digabungkan dengan kapabilitas dan modal bank yang kuat, dengan kelincahan pemain fintech sendiri," kata Kartika. 

Terpenting kata dia, masyarakat bisa lebih efisien, transparan dan cepat dalam melakukan kegiatan ekonominya. Meskipun pada akhirnya, pilihan kembali kepada nasabah ingin menggunakannya seperti apa. 

Kartika juga mengingatkan agar bank harus membangun speed banking, harus semakin kreatif dalam menciptakan promo yang menguntungkan. Sehingga masyarakat, khususnya kaum milenial menjadi tertarik untuk menggunakannya. 

"Jadi mungkin ada satu jenis pekerjaan baru, yaitu banker digital dan milenial tidak memandang dari sisi perbankan yang lama. Tapi, jangan sampai digital banker ini melupakan prinsip-prinsip perbankan seperti trust, dan sebagainya," tukas Kartika. 

Berita Lainnya
×
tekid